Tampilkan postingan dengan label ikhlas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ikhlas. Tampilkan semua postingan

11 Januari 2019

Kita-lah Pemeran Utamanya


https://s.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/ilustrasi-_140225164424-771.jpg


Teman, pernahkah kita merasa bahwa pertemuan kita dengan banyak hamba Allah di muka bumi ini terkadang menyebabkan kita goyah seolah kita hanyalah pemeran pendukung dalam layar film kehidupan kita sendiri bukan sebagai pemeran utama. Padahal, kita adalah pemeran utama masing-masing dalam kehidupan kita sedangkan orang lain hanyalah pemeran pendukung yang nantinya akan membuat riyak turun naik kehidupan kita.

Hidup ini sejatinya adalah pertemuan demi pertemuan yang hanya akan berhenti pada muara kematian. Selama kita masih hidup maka pertemuan-pertemuan dengan hamba-hamba Allah yang telah Allah tentukan di Lauh Mahfuzh pastinya akan terjadi dan tidak akan pernah kita elakkan. Jangan pernah sesekali kita mengatakan 'seandaikanya aku tidak pernah bertemu dengannnya tentunya hidupku tidak akan seperti ini", tetapi teman biarlah pertemuan-pertemuan itu sekalipun itu adalah pertemuan yang menyakitkan dan menyesakkan, biarkanlah terjadi dan kita harus terus berjalan sehingga akan ada pertemuan-pertemuan lainnya yang akan menjadi hikmah mengapa pertemuan-pertemuan sebelumnya harus terjadi.

Kita hidup, beribadah dan mati hanya untuk Allah Subhanawata'ala, selayaknya perjumpaan yang paling kita harapkan adalah perjumpaan dengan Rabb kita Allah 'azza wajalla bukan perjumpaan sementara dengan hamba di dunia yang fana ini. Biarlah setiap perjumpaan tak pernah kekal, biarkanlah teman semuanya pergi karena seperti itulah yang harus terjadi di dunia ini, ada perjumpaan ada perpisahan.

Tundukkanlah kepalamu dan hatimu, bila air mata ingin menetes biarkanlah ia seperti itu, namun percayakan hatimu untuk ikhlas dengan semua perjumpaan hanya karena Allah 'azza wajalla semata. Apa yang kau pikir sempurna sejatinya tidak akan pernah ada yang sempurna. Dalam sebuah pertemuan, kita atau dia adalah masing-masing pemeran utama dalam kehidupan kita masing-masing yang tidak akan pernah ada kesempurnaan. Ikhlaskan dirimu hanya karena mengharap perjumpaan dengan Rabb-mu kelak di surga sana.

Hari ini, Jam ini, Menit ini, Detik ini pikirkanlah siapa yang paling kita harapkan untuk kita jumpai, apakah itu yang ada di dalam hatimu? perjumpaan dengan Rabb yang Maha Mulia atau masih hanya sebatas perjumpaan dengan dia yang fana di dunia yang fana?


Teman, di mana kerinduan hatimu saat ini?

Read more...

14 Februari 2016

Senja itu...





hidup adalah tentang pertemuan. entahkah pertemuan itu singgah sejenak di kehidupan kita atau hanya sebatas lewat, tapi yang jelas kita mendapat banyak pelajaran dari pertemuan-pertemuan itu.

teman, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, tidak ada istilah kebetulan dalam kamus  agama kita. yang ada ialah qodarullaah, semua telah ditetapkan oleh Allah walau hanya sehelai daun yang jatuh ke tanah atau sebutir pasir yang terbang terbawa angin.

ada kalanya dengan pertemuan itu kita dipertemukan dengan orang-orang yang salah, namun anehnya ditakdirkan singgah sementara dalam kehidupan kita. namun ada kalanya kita dipertemukan dengan orang-orang yang benar, namun hanya sebatas lewat. entah apa maksud Allah dengan semua ini namun apapun ketetapan Allah tidak pernah sia-sia.

Allah menghendaki kita mengambil pelajaran dari setiap pertemuan di mana pelajaran itu kemudian menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi.

perputaran waktu telah menghantarkan kita pada masa (jaman) yang berbeda, bahkan dengan sangat cepat waktu berlalu mempertemukan kita dengan orang-orang baru yang mungkin bagi kita asing karena kita terlalu terlena dengan masa yang telah berlalu. ketika sadar kita baru bertanya di jaman apakah kita ini berada, kenapa orang-orangnya seperti tak ada yang kita kenal?

aku, seringkali ketika senja datang, aku menatap lekat senja yang bersahaja itu, aku hanya ingin menyampaikan rasa rinduku terhadap pertemuan-pertemuanku dengan sahabat-sahabatku dulu, sahabat yang bisa menerima keadaanku apa adanya, sahabat yang selalu ada setiap aku butuhkan,  sahabat yang tak pernah mencela kekuranganku, sahabat yang selalu setia menuntunku ke arah yang benar dan sahabat di mana aku tidak takut untuk menjadi diriku sendiri. aku sungguh merindukan masa-masa itu.

kemudian waktu berputar memaksaku harus meninggalkan semua sahabat-sahabatku yang berharga di masa itu dan mempertemukanku dengan orang-orang baru, yang kemudian beberapa dari mereka bisa dijadikan sahabat namun entah kenapa tak bisa sepenuh seperti sahabat-sahabatku yang dulu. mungkin karena aku telah terdampar di masa yang manusianya selalu berhitung, berhitung soal apa saja, termasuk soal persahabatan. pada akhirnya, bagiku, semua ini hanya mengajarkanku untuk menahan diri menjadi diri sendiri meski dengan sahabat-sahabatku sendiri.

wahai senja nan merah, adakah jalan bagiku untuk kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatku yang dulu, bercanda, bercerita dan saling menasehati tanpa ada beban dan keterpaksaan...

wahai senja nan merah, adakah kau akan menyampaikan rasa rinduku ini pada sahabat-sahabatku yang telah tersebar entah di mana di bumi Allah...

wahai senja nan merah, masih adakah asa yang tersisa untuk aku dapat bertemu dengan orang-orang seperti sahabat-sahabatku dulu di masa kini...adakah...

dan..biarlah bersama senja ku menyimpan rasa ini...^^

Read more...

11 Oktober 2012

Bersemangatlah Teman,,,


sesungguhnya gerak gerik seorang muslim selalu diperhatikan 
oleh orang-orang yang membenci mereka, baik kaum kafir, kaum yahudi, orang munafik
bahkan oleh sesama muslim yang pendengki. oleh karena itu janganlah
kita terlihat lemah di hadapan mereka, bersemangatlah, tunjukkan bahwa
KITA MUSLIM YANG KUAT

Drive your dreams anywhere to go. teman, percaya tidak percaya jika kita sebagai muslim terlihat melempem, lemah, dan tidak bersemangat, maka di sana ada orang-orang yang berbahagia melihat kita dalam keadaan yang menderita seperti itu. merekalah kaum yang sangat membenci dan dengki kepada orang muslim yang kuat. ingatlah teman bahwa Allah mencintai mukmin yang kuat.

bersemangatlah teman,,,gapailah cita-cita kita sebagai seorang muslim yang mungkin masih dalam proses atau belum tercapai. bersemangatlah mewujudkan semua cita-cita yang kita letakkan harapannya kepada Allah Rabb semesta Alam.

Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam bersabda:"Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah lemah" (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah )

Allah pasti menolong kita teman selama kita masih berharap akan pertolongan Allah dan selama masih ada semangat untuk menggapai cita-cita, semangat untuk menuntut ilmu, semangat untuk melakukan kebaikan dan semangat menuju Akhirat berjumpa dengan Allah 'azza wa jalla.

janganlah engkau melemah ketika banyak orang di sekitarmu mencibirmu karena kegigihanmu dalam mempertahankan agama dan imanmu karena Allah. janganlah engkau melemah ketika orang di sekitarmu yang ingkar kepada Allah membangga-banggakan harta, kekayaan dan kehormatan yang mereka miliki, sesungguhnya itu hanyalah tipuan teman, janganlah engkau terpedaya dengan omongan dan tingkah laku mereka yang jahil, tetaplah engkau bersemangat dalam bertakwa kepada Allah.

tetaplah bersemangat dan terlihat tidak terkalahkan karena Allah bersamamu, buatlah kaum yang membenci dan dengki pada agamamu merasa gentar dengan sikapmu yang kuat dalam keadaan apapun, ingatlah selalu teman bahwa Allah selalu bersamamu.

bawalah mimpi-mimpimu kemanapun engkau pergi, mimpi untuk bisa berjumpa dengan Allah, mimpi untuk bisa bersama dengan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam dan para sahabat serta orang-orang soleh yang diridhoi Allah dan minum air telaga milik Rasulullaah Sallallahu 'alaihi wassalam di surga dan kemudian bersemangatlah.

janganlah engkau biarkan orang-orang yang dengki terhadapmu tersenyum bahagia melihat engkau bersedih dan lemah, karena pada dasarnya itulah yang mereka harapkan dari engkau teman. kita punya Allah. kita punya Rasulullaah Sallallahu 'alaihi wassalam, kita punya agama Islam, agama yang berada di atas kebenaran. maka sekali lagi bersemangatlah. 

Bersemangatlah teman,,,,,,,Semangat Karena Allah ^-^

Read more...

25 Juli 2011

Ketika


Teman, aku belum pernah merasa terhempas seperti tak ada arti sebelum aku duduk di majelis bersama orang-orang yang soleh dan berilmu seperti siang kemaren. Selama 5 bulan aku mencari pengajian orang-orang yang berusaha menjadikan diri mereka salaf, akhirnya aku menemukan sebuah masjid di mana mereka bisa berkumpul untuk tholabul ‘ilmi.

Siang yang panas namun sejuk karena angin yang cukup berhembus, aku niatkan berangkat mencari majelis yang telah lama kucari ini. Akhirnya kutemukan sebuah masjid kecil, di dekat pantai di kelilingi rumah-rumah penduduk nan sederhana dan pohon nyiur yang berbaris tinggi menjulang, sejuk sekali rasanya berada di sana. Sebuah tempat yang pertama kali kusinggahi mesipun telah puluhan tahun aku berlalu lalang di kotaku sendiri.

Rupanya aku tepat waktu, Ustadz Miftah baru saja membuka pengajian ketika aku tiba di masid itu. Aku sengaja duduk di belakang di dekat pintu karena baru pertama kali datang aku merasa malu dan segan dengan akhwat-akhwat di sana. Aku memandangi semua akhwat yang hadir di sana, tiba-tiba suasana haru merasuki hatiku, Rabbi...aku rindu sekali suasana majelis seperti ini, suasana dulu yang aku dapatkan ketika masih di Jogja. Rupanya kehadiranku menarik perhatian mereka, karena pengajian sudah di mulai, mereka hanya  melihatku dan tersenyum ke arahku sambil berbisik kecil “Assalamu’alaykum”. Aku tersenyum rasanya hatiku bahagia dan tenang sekali.

Ketika pengajian sudah selesai, semua akhwat itu tiba-tiba mendatangiku, menyapaku dan menyalamiku dengan ramah, Subhanallah Allahuakbar, aku tiba-tiba tertegun, rasa-rasanya sudah lama aku tidak merasakan suasana persaudaraan seperti ini. Lama...sekali..entah kapan terakhir, aku lupa.

Ketika sedang membicarakan tentang sebuah buku, aku tertarik dan ingin membeli buku yang serupa. Namun ada yang membuat hatiku tertegun ketika akhwat ini menyebutkan nama seorang ikhwan yang biasa menyuplai penjualan buku, aku rasanya mengenal ikhwan ini, aku pastikan lagi bahwa ikhwan yang aku maksudkan ini sama. Rupanya benar..Allahu Akbar..teman.....tau kah engkau, bahwa ikhwan ini adalah anak orang berada di kotaku,dia juga lulusan universitas yang cukup ternama, secara fisik dia cukup tampan. Maksudku adalah teman, aku sangat tertegun karena ketika dia mengenal ilmu, dia tidak begitu tertarik dengan hingar bingar kemewahan dunia, dia bahkan rela hanya membuka toko kecil yang menjual kurma, buku, obat-obat herbal. Kalau dia mau dengan keadaan orang tuanya, keadaan fisiknya dan latar belakang pendidikannya, dia bisa bekerja di sebuah tempat yang bergengsi namun dia cukup khwatir itu semua akan melupakannya pada Allah dan membuatnya sibuk sehingga waktu untuk menimba ilmu akan berkurang.

Subhanallaah..aku seperti terhempas ke sebuah tempat yang kosong, menjadi tak ada arti di hadapan Allah, bagaimana mungkin di kotaku yang terkenal dengan kehidupan yang konsumtif dan gengsi masih ada lelaki seperti ini, masih ada rupanya...sungguh..sungguh...apa yang telah kudapat, apa yang telah kumiliki tak ada arti dibanding keadaannya yang penuh cinta kepada Allah.

Aku memandangi hijab tinggi yang ada dihadapanku, satu persatu akhwat yang ikut pengajian itu pulang dan aku masih tertegun, terdiam, masih antara percaya dan tidak percaya dengan cerita ikhwan ini.

Ya Allah...selama ini aku sering membatin sendiri betapa beruntung teman-temanku yang mendapat suami yang berpendidikan tinggi dan berkecukupan, namun hari ini Engkau telah menyadarkanku, menyentakkan hatiku hingga bibirku tak mampu berkata, sungguh Ya Allah...wanita yang Engkau takdirkan menjadi istri lelaki inilah adalah wanita yang sangat beruntung di dunia dan akhirat. Beruntungnya wanita yang memiliki suami seperti dia, meski hidup sederhana dan mungkin dikucilkan masyarakat karena pilihan hidupnya, namun apalah arti semua itu Ya Allah di bandingkan dengan besarnya kecintaannya kepadaMu, ketulusannya dalam beribadah kepadaMu dan kekuatan keteguhan hatiNya untuk selalu berada di atas ilmu, di atas jalanMu yang Lurus yang Engkau ridhoi.

Aku tersentak dari lamunanku ketika tiba-tiba ada seorang umahat yang menegurku “pulang yuk ukht” aku memandangi mata umahat itu dengan lekat, kenapa matanya teduh sekali, dia tersenyum dan berkata “Semoga Allah memberikan yang terbaik untukmu”. eh? Aku tiba-tiba kaget seolah dia bisa membaca pikiranku.

Dalam perjalanan pulang aku tersenyum..ah..sekali lagi..terima kasih Ya Rabb..Engkau telah menolong agar imanku hidup kembali, giroh untuk beribadah dan tholabul ‘ilmi membara kembali di dalam jiwa.

Sungguh Ya Allah Ya Tuhanku..Engkau Maha Menggerakkan semuanya.

Read more...

20 Mei 2011

Catatanku


Jam hampir menunjukkan pukul 1 pagi ketika aku sedang menulis ini. teman, beberapa hari ini aku benar-benar merasa bahwa apa yang Allah janjikan bahwa kemenangan itu hanya bagi hamba-hambaNya yang bertakwa benar adanya, sungguh teman benar !

teringatku selama hampir setengah tahun ini aku bersama sahabat-sahabatku begitu berat untuk beristiqomah di Jalan Allah, karena tiba-tiba kami merasa tidak siap dengan peringatan dari Rasulullah Salallahu 'alaihiwassalam bahwa Islam itu asing dan akan kembali asing. ketika tanpa kami sadari bahwa pakaian dan jilbab kami yang panjang dan lebar akhirnya sampailah di suatu masanya akan dianggap asing oleh orang-orang.

mengganti pakaian dan memendekkan jilbab? tidak teman, kami belum selemah itu, namun bukan perkara gampang untuk bisa bersikap biasa dengan penuh kesabaran untuk melewati ujian ini. tapi itulah kami, orang muslim dan mudah-mudahan sudah menjadi mukmin di hadapan Allah, orang muslim itu bersaudara, seperti jari jemari yang menyatu begitu kata Rasulullah SAW, seperti satu tubuh, ketika yang satu merasa sakit maka yang lainpun merasa sakit.

maka kamipun sakit bersama-sama dan saling menguatkan agar tetap yakin akan janji kemenangan yang akan diberikan Allah, saling mendo'akan akan keimanan kami. dan taukah teman, kami tidak berada di satu tempat yang sama tapi kami berada ditempat-tempat yang berbeda, menyebar di penjuru bumi Allah.

namun itulah kami, orang muslim, saling mencintai karena Allah, saling merindu karena Allah, saling mendukung karena Allah. semua karena Allah, hanya karena Allah.

maka seiring waktu berjalan kami berjanji pada masing-masing kami, bahwa prinsip tidak boleh goyah, walau kondisi seakan seperti sampah yang terseret dalam arus gelombang yang entah tidak tau ke mana arusnya, tapi itulah gunanya kami disebut saudara sesama muslim, tak berhenti kami saling mengingatkan bahwa agama harus tegak, hati harus teguh, jasad harus kuat.

dan kini, mungkin kami masih bagai orang asing yang aneh dengan pakaian dan jilbab kami, tapi benarlah kata Rasulullah Salallahu 'alaihi wassalam bahwa kemenangan itu datangnya bersamaan dengan kesabaran. kini teman, kami mulai berceloteh dengan senyum yang manis, dengan sedikit gelak kemenangan, bahwa kami diakui di tempat masing-masing kami berada, entah di pekerjaan, entah di lingkungan rumah dan lingkungan lainnya.

tiba-tiba orang-orang bersikap manis kepada kami, menaruh kepercayaan pada kinerja kami, maka kami sepakat bahwa pertolongan Allah telah datang akhirnya.

dan tentang pendamping hidup.....rupanya cahaya itupun telah tampak :)

subhanallahi walhamdulillahi 

Read more...

17 September 2010

Merasa Diri Shaleh?!

http://achmadfaisol.blogspot.com


Mari perhatikan lagi setiap tulisan, komentar dan ucapan kita. Kiranya bila memberi komentar, baik di internet (blog, mass media atau jejaring sosial), radio maupun percakapan dengan orang lain, akan terlihat bahwa kita termasuk orang shaleh yang senantiasa mengerjakan kebaikan. Kalau saja kita mengarsip/merekam setiap komentar yang telah lalu, maka orang lain bahkan diri kita sendiri pun akan berkesimpulan bahwa kita orang shaleh.

Mengapa ketika berkomentar, kita cenderung menunjukkan bahwa diri kita termasuk orang shaleh? Apakah memang demikian keadaannya ataukah hal itu sekadar kamuflase agar orang lain memperhatikan ucapan, tulisan atau komentar kita? Agar orang lain menganggap kita orang alim dengan segudang ilmu?

Mari kita teropong diri sendiri, tak perlu berepot ria menilai tulisan, perilaku serta tutur kata orang lain.

Mungkin kita bertanya, “Salahkah bila kita berkomentar dengan muatan sarat ilmu dan hikmah?”

Tidak ada yang salah dengan segenap tulisan maupun tutur kata yang mengandung ilmu. Semua itu baik dan memperbaiki. Namun, mari kita tanya hati nurani sendiri sesuai konsep istafti qalbak. Apakah komentar yang ada benar-benar kita niati untuk memperbaiki diri sendiri dan orang lain, ataukah hanya untuk menunjukkan bahwa kita berilmu dan berwawasan luas? Jawaban pertanyaan ini tak perlu kita ucapkan dengan lisan, cukup di dalam hati.

Untuk mengetahui keadaan diri, kita harus tahu dulu kriteria shaleh. Telah dijelaskan oleh para ulama bahwa shaleh menyangkut ritual dan sosial. Terkadang bahkan mungkin kerapkali kita hanya berusaha memenuhi salah satu kriteria, biasanya lebih mudah memenuhi kriteria shaleh ritual yang hanya berhubungan dengan Allah (hablum minallâh).

Kita rajin shalat nafilah, baca Al-Qur’an, dzikir/wirid serta ibadah sunnah lainnya, tapi lidah tak henti-henti membicarakan orang lain (ghibah), melakukan intrik tak sehat dalam “perebutan” tampuk kepemimpinan, mengolok-olok saudara sesama muslim, membuang sampah sembarangan, berkendara seenaknya di jalan dan berbagai tindakan negatif lainnya. Na‘ûdzubillâh min dzâlik

Entah mengapa hal itu kita lakukan. Apa kita belum tahu bahwa segala perbuatan menyakiti orang lain—baik secara langsung maupun tidak—dilarang agama? Apa kita mengira semua ibadah ritual kita diterima, sehingga begitu mudahnya kita menyakiti sesama dengan dalih masih lebih banyak pahala daripada dosa yang kita perbuat? Apa malaikat telah mengirim SMS atau email kepada kita tentang berita tersebut?

Ada hal yang cukup aneh kerap terjadi pula, yaitu kita menceritakan kepada orang lain tentang berbagai macam ibadah yang kita lakukan. Kita berkata kepada teman kita, “Ini bukan pamer atau sombong lho, ya… Tiap hari kalau tahajud, saya pasti menangis tersedu-sedu… Ketika banyak orang keluar rumah bahkan berpesta pora saat malam tahun baru, saya tafakkur di rumah, menangis di hadapan Allah sampai pagi menjelang…”

Apa maksud kita menceritakan semua itu? Apa kita telah melupakan keberadaan penyakit riya’ yang bisa menelusup secara samar? Apa kita lupa bahwa penyakit ini akan menggerogoti pahala kebajikan kita hingga tak bersisa?

Kita tidak pernah tahu pasti keadaan amal ibadah kita di sisi-Nya. Oleh karena itu, rajâ’ dan khawf haruslah seimbang. Rajâ’ adalah pengharapan untuk mendapat pengampunan dan rahmat Allah. Adapun khawf yaitu takut kepada Allah atau kuatir jika dosa-dosa kita tidak diampuni dan ibadah kita ditolak.

Pertanyaan yang harus diajukan kepada diri sendiri yaitu, “Apa benar kita ingin menjadi orang shaleh? Jika ya, mengapa kita masih melakukan hal yang menyakiti hati orang lain, baik langsung maupun tidak, baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi?”

Menjadi shaleh merupakan dambaan setiap insan. Setiap shalat, kita senantiasa memohon kepada Allah agar menjadikan diri kita termasuk golongan orang-orang shaleh. Hal ini tersirat dalam bacaan surah al-Fâtihah yang terjemahnya :

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
(QS al-Fâtihah [1]: 6-7)

Di tafsir Ibnu Katsir dijelaskan maksud “orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka.”

و{الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ} هم المذكورون في سورة النساء، حيث قال: {وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا * ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيمًا}

Yang dimaksud “orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka” yaitu sebagaimana tercantum di surah an-Nisâ’ [4]: 69-70 yang artinya:

Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.

Dengan demikian, nyatalah bahwa kita sangat berharap menjadi orang shaleh. Minimal 17x sehari—dalam 17 rakaat—kita memohon kepada-Nya, belum lagi bila ditambah shalat-shalat sunnah.

Lalu, mengapa sikap, tingkah laku serta tutur kata kita masih mencerminkan sikap kurang/tidak shaleh, entah shaleh ritual ataupun sosial? Bukankah lucu bila kita berdoa agar menjadi orang shaleh tapi perilaku sehari-hari tidak mencerminkan hal itu? Adakah kita hendak bermain-main dengan doa kita? Adakah kita hendak mengelabui Allah, manis di bibir tapi lain di kenyataan? Semoga keadaan kita seperti itu bukanlah kehendak untuk mempermainkan Allah, tapi semata-mata karena kelemahan kita.

Begitu mulianya orang-orang shaleh, sampai-sampai mereka didoakan saat tahiyyat dalam setiap shalat.


السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ

Semoga keselamatan tetap atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. (HR Bukhari-Muslim)

Tidakkah kita perhatikan bagaimana doa seluruh umat Islam dicurahkan untuk orang-orang shaleh? Tidakkah kita ingin didoakan oleh segenap kaum muslim di seluruh penjuru dunia? Tidakkah kita berbahagia bila nama kita tertulis di jajaran orang-orang yang dimohonkan keselamatan oleh setiap mushalliy (orang yang shalat)?

Sebagai penutup, mari bersama-sama bermunajat kepada Allah:


اللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

Ya Allah jadikanlah hamba termasuk golongan orang yang suka bertaubat dan bersuci serta golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh, amin.

Read more...

02 September 2010

Benarkah Kita Hamba Allah? (Kita Terhadap Allah)

 dari  http://achmadfaisol.blogspot.com

Dalam banyak kesempatan, kita menyatakan diri sebagai hamba Allah. Dulu, jika orang mau menyumbang tapi tak ingin diketahui namanya, ditulis dengan NN (No Name). Saat ini, kita menggantinya dengan “hamba Allah”. Tujuan awalnya memang untuk menghindari riya’.

Tapi, perkataan seperti itu bisa membuat diri kita pamer kepada orang lain bahwa kita ini orang shaleh. Kalau kita menyumbang ke suatu badan amal, yayasan atau yang lain, kita bisa tergoda untuk mengatakan dengan sefasih dan semantap mungkin, “Nama saya tidak perlu ditulis. Tulis saja dari hamba Allah.”

Berdasarkan ilmu tajwid, lafazh “Allah” dibaca tafkhîm (tebal) karena lam Jalâlah didahului fathah. Kalau memang itu yang kita lakukan—kita mengucapkan lafazh “Allah” semantap mungkin supaya terlihat seperti orang alim—apakah benar kita ini hamba-Nya? Marilah kita lihat apakah kita memang hamba Allah atau bukan.


Katakanlah kita mempunyai seorang tetangga sekaligus teman, yang dari segi harta dan pekerjaan tidak seberuntung kita. Karena dia teman kita, jika dia minta pertolongan, seketika itu juga kita membantunya. Bahkan kadang kala kita menawarkan diri untuk sedikit meringankan tugas dia, jika dia terlihat tidak bisa menyelesaikannya. Semua itu kita lakukan tanpa pamrih, kita benar-benar mengikhlaskan semuanya.


Dua tahun berlalu dan selama itu pula kita selalu melakukan yang dimintanya. Suatu hari, kendaraan kita sedang bermasalah. Karena buru-buru ingin ke kantor mengingat jam sudah menunjukkan pukul 07.30, kita minta diantarkan dia yang kebetulan sedang mendapat jadwal shift sore (15.00–23.00) di pabriknya. Kala itu dia sedang santai minum kopi hangat sambil membaca koran dan menikmati pisang goreng.


Ternyata, dia tidak mau mengantarkan kita. Dia malah berkata, “Kamu ini mengganggu orang saja. Tidak lihat apa, aku sedang menikmati sejuknya pagi. Minggu ini kan aku shift sore, jadi aku masih ingin istirahat. Kamu kan punya uang, naik taxi saja!”


Nah, apakah di dalam hati, kita tidak akan mengingat-ingat pertolongan kita padanya selama ini? Ataukah, kita berkata pada diri sendiri, “Dasar orang tidak tahu membalas budi! Awas, ya… Jangan harap aku akan menolongmu lagi!”


Jika kita masih mengingat kebaikan kita padanya, atau meminta balas budi darinya, apakah pantas kalau kita menyebut diri sebagai hamba Allah? Sedangkan pengertian hamba adalah orang yang melakukan sesuatu semata-mata untuk tuannya, tak ada urusan dengan orang lain.


Penulis pernah mendengar di sebuah acara radio, ada seseorang mengadukan keadaannya pada nara sumber. Dua tahun sebelumnya, ada pegawai baru di departemennya. Karena ingin berbuat baik, maka pegawai baru ini dibimbing, diberi arahan dan selalu dibantu. Memang dasarnya anak cerdas, pegawai baru tersebut naik pangkat dengan cepat. Masalahnya, sekarang ini jadi saingan, bahkan tega menjatuhkan sang mentor (penelpon) yang telah membimbingnya. Pegawai baru itu sekarang jadi musuh si penelpon. Si penelpon merasa sakit hati karena dulu dialah yang menolong. ‘Aidh al-Qarni menggambarkan peristiwa seperti ini dalam bait syairnya :



Tetapi sifat ini kadang kala justru terbalik, sahabat dijadikan musuh!
Aku ajari dia memanah setiap hari
Ketika lengannya menjadi kuat, ia malah memukulku
Betapa banyak aku ajarkan padanya bait-bait syair
Ketika ia mampu membuat syair, ia menyerangku


Nah, kalau kita berada di posisi si penelpon, apakah kita juga sakit hati? Kalau benar kita sakit hati karenanya, berarti kita tidak ikhlas menolongnya. Dalam hati, sebenarnya kita berharap agar suatu saat pegawai baru itu menolong kita. Apakah pantas kalau kita menolong orang lain, lalu kita berharap suatu saat dia juga membantu kita, kemudian dengan keyakinan penuh kita mengatakan bahwa kita hamba Allah?
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).
(QS az-Zumar [39] : 2-3)

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.
(QS al-Bayyinah [98] : 5)

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
(QS al-Insân [76] : 9-10)

Rasulullah saw. bersabda :

ثَلاَثٌ لاَيَغُلُّ عَلَيْهِمْ قَلْبُ مُسْلِمٍ : إِخْلاَصُ الْعَمَلِ ِللهِ تَعَالَى، وَمُنَاصَحَةُ وُلاَةِ اْلأُمُوْرِ، وَلُزُوْمُ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ

Tiga perkara yang tidak bisa dikhianati hati seorang muslim, yaitu keikhlasan amal karena Allah SWT, saling menasihati dalam penguasaan masalah dan tetapnya jamaah umat Islam. (HR Ahmad)

Semua benda berpotensi dapat ternoda oleh benda lainnya. Jika benda itu bersih serta terhindar dari kotoran dan noda, maka disebut dengan khâlish (benda yang bersih) dan pekerjaan untuk membersihkannya disebut ikhlâshan. Bersihnya (khulush) susu dari hewan ternak adalah apabila tidak dicampuri oleh darah, kotoran atau sesuatu yang dapat mencampurinya.

Ikhlas adalah penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi. Ikhlas adalah ruh amal, dan amal menunjukkan tegaknya iman.

Syaikh Ibnu Athaillah menuturkan, “Siapa menyembah Allah karena mengharapkan sesuatu yang lain, atau karena menolak bahaya yang akan menimpa dirinya, maka ia belum menunaikan tugasnya terhadap Allah sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Ada beraneka ragam jenis amal menurut situasi dan kondisi yang masuk ke dalam hati manusia. Kerangkanya adalah perbuatan yang jelas, sedangkan ruhnya adalah ikhlas.”

Imam Al-Qusyairi menasihatkan, “Ikhlas adalah penunggalan (peng-Esa-an) Al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Ketaatan harus dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata, tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna yang lain selain pendekatan diri pada Allah.”

Dzun Nun al-Mishri menjelaskan, “Ikhlas tidak akan sempurna kecuali dengan kebenaran (shidiq) dan sabar di dalam ikhlas. Shidiq tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlas dan terus-menerus di dalam ikhlas.”

Lebih lanjut, al-Mishri menerangkan, “Ada tiga alamat yang menunjukkan keikhlasan seseorang, yaitu ketiadaan perbedaan antara pujian dan celaan, lupa memandang amal perbuatannya, dan lupa menuntut pahala atas amal perbuatannya—bahkan di kampung akhirat nanti.”

Abu Ya‘qub as-Susi membahas ikhlas lebih dalam lagi. Dia berkata, “Kapan saja seseorang masih memandang ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan.” Artinya, kita tidak boleh memandang amal kita dengan pandangan apa pun. Seringkali kita berkata, “Saya melakukan ini dengan ikhlas, koq.” Perkataan ini menurut Abu Ya‘qub as-Susi bisa dikategorikan belum ikhlas.

‘Aidh al-Qarni berpesan, “Jangan mengharap terima kasih dari seseorang. Tabiat untuk mengingkari, membangkang dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang lazim menimpa jiwa manusia. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, juga mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, dan semua itu mereka lakukan setelah Anda berbuat baik kepada mereka.”

“Anda tidak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Anda juga tak usah kaget bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Jangan pernah resah dan gundah ketika ‘tangan putih’ yang Anda ulurkan dibalas dengan tamparan menyakitkan. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, apalagi kepada saya dan Anda.” Demikianlah kata ‘Aidh al-Qarni melanjutkan nasihatnya.

Read more...

06 Agustus 2010

fa idzaa 'azamta fatawakkal 'alallaahi

"Tak ada yang lebih indah bagi laki-laki dan wanita yang sedang saling jatuh cinta namun takut kepada Allah untuk bermaksiat, yang penuh ketaatan kepada Allah, yang menjaga diri dan kehormatan karena Allah dan yang menahan diri dari mengikuti hawa nafsu karena Allah selain Mahligai pernikahan"


Ya akhi...terima kasih karena kau bersabar untuk menungguku saat ini. Hanya Allah yang maha tahu betapa hati kita berdua sangat merindukan sebuah mahligai penuh keberkahan yaitu mahligai pernikahan.

terima kasih karena kau mau mengerti dengan syarat dari kedua orangtuaku terhadapku yang hingga kini sedang kuperjuangkan untuk cepat terlaksana, kepada Allah ku berharap syarat itu cepat kupenuhi.

terima kasih karena belas kasihmu kepada kedua orangtuaku yang telah tua, atas pengertian dan kesabaranmu terhadap permintaan kedua orangtuaku yang telah lemah.

Ya akhi...bahkan jarak yang jauh yang memisahkan kita, tak lantas membuat kesetiaanmu untuk menungguku luntur begitu saja, kau bahkan lebih menjaga hatimu lebih dari aku menjaga hatiku sendiri.

Ya akhi, namun ku ingin kau percaya bahwa aku adalah wanita setia, semua ku lakukan karena Allah, karena ingin mengharap ridho Allah.
Ya akhi, setiap malam kupanjatkan do'a penuh harap hanya kepada Allah untuk hubungan ini.

Ya Rabbku.....berikanlah aku pendamping hidup yang soleh
agar kami berdua lebih banyak ingat kepadaMu
dan lebih banyak bertasbih kepadaMu
sesungguhnya Engkau maha mengawasi segala sesuatu

Ya akhi...betapa indah dan tenang hari-hari penantian yang kita jalani, karena kita letakkan semua harapan kita hanya kepada Allah 'azza wa jalla, Rabb yang memegang kendali langit dan bumi. Ya kita letakkan harapan itu secara penuh ikhlas dan berserah diri hanya pada Allah semata.

Kau dan aku tau, sangat tau, tak satupun mahkluk yang bisa menjadi tempat pengharapan, bahkan kita tidak bisa menentukan takdir di masa depan, Allah lah pemegang segala keputusan.

Ya Akhi...maafkan aku yang tiada punya daya sedikitpun selain kekuatan dari Allah, karena sebab kau masih menungguku maka semua ini menjadi terasa lama.
maafkan aku ya akhi....

Ku pilih engkau sebab kesolihanmu, sebab wajahmu yang teduh dan bercahaya, sebab akhlakmu yang indah
sebab kau yang pemalu, tidak banyak bicara dan selalu bersikap sederhana 

Ya akhi...seandainya detik ini ku bisa menemuimu di seberang sana maka akan segera kulakukan namun kau telah paham bahwa masih ada amanah yang harus aku selesaikan disamping berusaha memenuhi syarat yang diajukan kedua orangtuaku.

Ya akhi...namun kita berdua tetap tidak akan pernah tau nama siapakah yang telah tertulis di dalam Lauh Mahfuzh sebagai pendamping hidup kita, hingga kelak saatnya tiba Allah akan memperlihatkan ke kita keputusan dan takdir yang telah Dia tetapkan.

namun satu hal yang akan selalu kupegang dalam hidupku:

fa idzaa 'azamta fatawakkal 'alallaahi
Dan apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah
(Ali 'imran 159)

26 Sya'ban 1431 H
untukmu
dariku
di bumi Allah, di bulan sya'ban yang penuh keberkahan

Read more...

27 Juli 2010

Betapa mengagumkan kita ini

“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkara adalah kebaikan baginya. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika mendapatkan kelapangan ia bersyukur maka yg demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kemudaratan/kesusahan ia bersabar maka yg demikian itu baik baginya.”(HR. Muslim)

Ya begitulah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam telah bersabda. Kabar gembira ini tersampaikan kepada kita lewat sahabat beliau yg mulia Shuhaib Ar-Rumi radhiyallahu ‘anhu.

betapa mengagumkan kita ini bila kita menjadi seorang mukmin, benar-benar menjadi seorang mukmin yang ikhlas. semua perkara atau kejadian bisa menjadi kebaikan bagi kita. apabila seorang mukmin ditimpa ujian atau musibah maka ia akan bersabar, mengharap Allah ridho akan kesabarannya dan memberi ganjaran berupa pahala bagi kesabarannya kemudian mengharap Allah menggantinya dengan yang lebih baik. dan bahkan orang-orang yang bersabar dijanjikan surga oleh Allah.

namun, bila ia diberi kenikmatan oleh Allah maka seorang mukmin akan bersyukur, semakin giat ia beribadah kepada Allah karena rasa syukurnya. tidak ada perasaan sombong dan bakhil dalam dirinya. ia akan menjadi pribadi yang tawadhu'(rendah hati) di mana ia merasa bahwa apapun kenikmatan yang ia dapatkan semua adalah kemurahan dari Ar Rahman dan ia sadar bahwa kenikmatan itu bukanlah miliknya tetapi milik Allah sang maha kaya, Tuhan langit dan bumi. sehingga ia menjadi pribadi yang senang bersedekah untuk mengharap keridhoan Allah. dan itu semua akan menjadi kebaikan baginya. subhanallah.

sungguh berbeda dengan mereka yang bukan mukmin. seseorang bisa saja mengaku seorang muslim, akan tetapi belum tentu dia seorang mukmin. lihatlah perangai orang-orang yang bukan mukmin, apabila diberi ujian maka ia akan mengeluh, berputus asa dan bahkan berprasangka buruk yang amat buruk kepada Allah. bahkan ia tidak segan-segan untuk bermaksiat ketika dalam keadaan sedang tertimpa musibah karena tidak ada rasa takut akan azab yang akan menimpa dirinya.

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku". (QS. 89:15-16)

begitu juga apabila seseorang yang bukan mukmin diberi kenikmatan oleh Allah maka ia akan menjadi sombong dan bakhil. merasa takabur bahwa apa yang ia dapatkan bukanlah dari Allah tetapi ia merasa itu dari hasil usahanya sendiri.selain itu ia akan menjadi manusia yang suka pamer sana sini, mencintai dunia berlebihan bahkan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah ia miiliki dan selain itu ia bakhil, pelit untuk sekedar menyedekahkan hartanya di jalan Allah dan semua ini akan menjadi keburukan baginya. Naudzhubillahiminzalik.

maka betapa beruntungnya kita ini, bila kita tidak hanya menjadi seorang muslim namun menjadi seorang mukmin di hadapan Allah 'azza wa jalla.

ya betapa mengagumkannya kita yang telah menjadi seorang mukmin karena seluruh perkara dalam kehidupan kita adalah perkara yang mengagumkan dan menjadi kebaikan bagi kita.

Alhamdulillah 'ala kulli haal, segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.

Read more...

21 Juli 2010

Allah yang akan memberi ganti


Ummu Salamah bersedih hati, suaminya tercinta sekaligus sahabat terbaik Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia, beliau pun berkata, aduhai..siapakah lelaki yang lebih baik dari Abu Salamah? maka beliaupun berdo'a dengan do'a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau tertimpa musibah yang sangat memilukan hatinya yaitu kehilangan suami tercintanya.

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.(HR. Muslim no. 918)

seringnya ummu salamah berdo'a dengan  do'a sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan padanya, akhirnya do'a beliau dikabulkan oleh Allah 'azza wa jalla, ya beliau memang diberi ganti suami yang lebih baik yaitu Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau akhirnya menjadi istri kekasih Allah 'azza wa jalla.

Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do'a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

ya kita pasti akan diuji oleh Allah dengan berbagai ujian termasuk musibah yang kita alami, namun disanalah keimanan kita di uji. bila kita sabar dan ikhlas, maka yakinlah Allah akan memberi pahala atas kesabaran kita dan memberi ganti yang lebih baik.

Allah tidak akan membiarkan kita mengaku-ngaku telah beriman, mengaku-ngaku mencintaiNya namun Allah akan menguji kebenaran iman kita tadi.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"(Al 'Ankabuut:2) 

"Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta"(Al 'Ankabuut:2)

maka ketika musibah atau ujian menimpa, maka dapat diketahuilah bagaimana iman manusia itu apakah benar ataukah dusta. betapa banyak manusia yang tidak sabar dan tidak yakin bahwa Allah akan memberi pahala dan mengganti dengan yang lebih baik terhadap musibah yang dia alami kemudian menjadikannya manusia dengan iman dusta yang rela menggadaikan agama demi mendapatkan dunia.bahkan dia tak merasa takut sedikitpun kepada Allah atas perbuatannya itu. dan dia lupa dulu ketika dia mendapatkan nikmat di dunia dia begitu lantang berdakwah sana sini, menasehati orang dengan ilmu. 

namun kenyataannya, ketika Allah mengujinya dengan kekurangan, tanpa ragu dan takut dia menggadaikan agama dan akidahnya demi harta yang tidak berkah dan demi puji-pujian manusia kepadanya.

ya, ummu salamah memang tegar, hatinya teguh pada Agama Allah, ketika beliau mendapat musibah, tak pernah putus asa beliau berdo'a dengan penuh keyakinan kepada Allah, hingga akhirnya pertolongan Allah datang dan Allah mengabulkan do'anya. ya, tidak tanggung-tanggung, Allah menjadikannya istri manusia terbaik sepanjang jaman dan sekaligus kekasihNya, Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam.

sungguh janji Allah adalah benar, maka bertakwalah hanya kepada Allah dan yakinlah musibah apapun yang menimpa kita, itu pertanda Allah hendak memberi ganti dengan yang lebih baik dan berdo'alah dengan do'a yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam seperti yang ummu salamah lakukan.

"Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan" (Al 'Ankabuut:7)

Read more...

10 Maret 2010

wajah yang selalu tersenyum


“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (Al Fath:29)

3 tahun yang lalu waktu aku lagi KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa yang asri di jogja, aku dan teman-temanku punya satu keluarga di desa sana yang begitu baik, yang suka menampung kami ketika kehujanan, kelaparan :D dan ketika kami kelelahan. yang paling menjadi perhatianku pada keluarga itu adalah si Bapak sebagai kepala keluarga. wajahnya begitu teduh dan selalu terlihat tersenyum, usianya sudah senja 60 tahun kala itu. 3 bulan kami kkn di desa itu dan seringnya kami menumpang di rumah itu ketimbang di posko kkn kami, membuatku sering memperhatikan kegiatan si bapak ini. 

jangan berfikir bahwa bapak ini dan keluarganya mempunyai rumah yang megah dan besar, tidak  teman, begitu jauh dari semua itu. rumahnya sangat sederhana namun entah kenapa nyaman sekali berada di rumah itu. bapak  sering mengajak kami sholat berjama'ah di masjid apabila waktu sholat tiba, mengajarkan kami untuk segera mengambil wudhu ketika terdengar adzan dan menunaikan sholat tepat waktu. tutur katanya begitu halus dan bersahaja. beliau begitu lembut kepada istrinya yang telah tua juga, bila menyuruh istrinya begitu lembut, saat itu aku begitu takjub, padahal beliau sudah sangat tua namun masih bersikap mesra kepada istrinya. subhanallaah semoga kelak aku diberi Allah suami soleh seperti ini. :). Allahumma Amiin Ya Allah.

beliau termasuk yang tidak banyak bicara, bila bicara kepada kami isinya tiada lain ilmu dan nasehat. beliau pernah berkata bahwa kebahagiaan itu ada di dalam hati, ketenangan itu ada di dalam hati, bila kita telah mendapatkan puncak kenikmatan iman, maka hati kita selalu diliputi ketenangan dan kebahagiaan. bila hati kita merasa seperti itu, maka apapun keadaan kita maka kita akan selalu bersyukur dengan penuh kebahagiaan meski diberi ujian berat sekalipun. subahanallaah sungguh indah mendapat kenikmatan iman seperti ini.

mungkin inilah sebabnya kenapa wajah bapak ini selalu terlihat tersenyum, padahal kadang aku perhatikan ketika beliau sedang diam dan tidak tersenyum, wajahnya tetap terlihat seperti tersenyum. semua itu tiada lain dari buah merasakan kenikmatan iman. kalau kata teman kkn ku, dia melihat wajah bapak itu seperti wajah ahli surga, bercahaya, teduh dan selalu terlihat tersenyum. padahal kalo dilihat secara duniawi, bapak ini tidak punya apa-apa, dapur rumah aja masih beralaskan tanah dengan asap yang mengepul-ngepul yang membuatku terbatuk-batuk ketika membantu ibu dan anak-anaknya memasak.

tapi inilah yang membuat aku kagum dan takjub dengan si bapak. beliau mempunyai istri yang begitu penurut dan anak-anak yang penurut dan penuh santun serta hormat kepada beliau. beliau mungkin  tidak mempunyai  harta berlimpah namun Allah beri beliau harta yang lain yang lebih berharga dan menyejukkan hati yaitu istri beliau yang solihah dan sangat penurut termasuk kelima anaknya yang rajin beribadah dan juga penurut. pernah beliau menasehati kami agar hidup ini jangan melulu memikirkan dunia, sibuk menumpuk-numpuk harta yang banyak, namun perbanyaklah ibadah dan beribadah sepenuh hati kepada Allah karena itulah bekal di akhirat kelak, harta tidak di bawa mati. selain itu beliau juga mengajarkan kami agar ikhlas dan ridho apapun ketentuan yang telah Allah tetapkan untuk kita, jangan mengeluh dan berprasangka buruk tetapi ikhlas dan ridho.

ah.bapak...kalau aku mengingat beliau, nasehat-nasehat beliau, tumbuh rasa semangat di dalam hatiku untuk perbanyak amal solih karena aku ingin sekali merasakan kenikmatan iman seperti yang beliau rasakan. sayang bapak telah meninggal 2 tahun yang lalu dan satu hal yang tak akan pernah kulupa, beliau meninggal dalam keadaan tersenyum.subhanallaah. semoga Allah mengumpulkan bapak dengan orang-orang solih yang diridhoi Allah.Allahumma Amiin Ya Rabb..

maka benarlah janji Allah 'azza wa jalla,

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku" (Al Fajr:27-30)

Read more...

20 Februari 2010

Allah SWT Sumber Segala Kebaikan Hidup

 dicopy dari catatan Yusuf Mansyur Network


Jalan hidup itu Allah yang punya. Kita hanya bisa meniti, tapi tidak bisa mengatur. Kita hanya bisa meminta, tapi kita tidak bisa memaksa. Tapi, dengan hanya menyisakan semangat, percaya semua kejadian ini ada Allah di baliknya, percaya bahwa Allah akan mengatur yang terbaik, percaya bahwa Kehendak Allah itu pasti baik adanya, kemudian mau menerima hidup ini seadanya keadaan, dan berkenan memperbaiki diri, insya Allah segalanya berjalan sangat baik. Bahkan kita akan melihat, kehidupan dikemudian hari adalah kemenangan buat yang percaya bahwa memang kehidupan ini milik Allah. Berbaik-baik saja dengan-Nya, dan mulailah mendekatkan diri pada-Nya.

Masalah hidup itu sunnatullah. Biarlah ia ada, asal Allah sediakan jalan keluarnya. Dan Allah, sebagai Pemilik Kehidupan ini, terkadang membiarkan kejadian-kejadian buruk menimpa kita, untuk sesuatu maksud di kemudian harinya. Mudah-mudahan kita mampu menemukan segala hikmah kejadian hidup, dan diberikan kekuatan serta kesabaran menghadapi semua ujian

Kalau kita lihat sekeliling kita, cukup banyak orang-orang yang putus asa di negeri ini. Banyak orang-orang yang kehilangan motivasi dan spirit dalam menjalani hidup ini.
 
Allah Tidak Akan Membiarkan Hamba-Nya Sendirian Dalam Menjalani Ujian Kehidupan

Allah memang senantiasa menguji hamba-Nya. Tapi Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya sendirian dalam menjalani ujian hidup ini.
Allah akan selalu menemani. Kitanya saja yang perlu mengenali bahwa Allah begitu dekat dalam kehidupan kita. Dia akan selalu memperhatikan kita, menjaga kita, dan menyayangi kita..

masalah hidup yang harusnya tidak menjadikan mereka lemah. Masalah hidup, semestinya mengantarkan ”para penikmatnya” untuk kembali kepada Allah.

Koq saya menyebutnya para penikmatnya? Ya, permasalahan hidup kalo dinikmati, malah menyenangkan. Makanya, harusnya, ya dinikmati.

Saya diajarkan oleh kehidupan ini: Berterimakasihlah sebab kita diberi masalah. Sebab kita akan menjadi kuat, kita akan menjadi belajar, dan karunia Allah biasanya akan datang lebih banyak lagi ketika sebelum bermasalah. Asal syaratnya: Sabar, Ikhlas, Syukur.

”Wa mal lam yasykur ’alaa na’maa-ii... siapa yang tidak bersyukur atas nikmat-Ku... wa lam yashbir ’alaa balaa-ii... dan tidak bersabar di setiap ujian-Ku... wa lam yardhoo bi qodhoo-ii... dan tidak ridha atas Ketetapan-Ku... falyakhruj min tahti samaa-ii... keluarlah dari langit-Ku... wal yathlub robban siwaa-ii... dan carilah Tuhan selain diri-Ku.” (Hadits Qudsi).

Dan berterimakasihlah diberi masalah oleh Allah. Banyak yang sesat justru ketika mereka tidak bermasalah, hidup enak, nyaman, tiada rintangan. Lalu Allah beri masalah, hingga mereka ingat kelalaiannya,kesalahannya, kealpaannya.

Wallahu Al Muwafiq

Read more...

14 Januari 2010

Alhamdulillaah 'ala kulli hal


Alhamdulillaah hatiku masih beriman kepada Allah hari ini

Alhamdulillaah aku masih berada dalam hidayah Allah hari ini

Alhamdulillaah tubuhku masih bisa mendirikan sholat dengan nikmat hari ini

Alhamdulillaah lisanku masih bisa membaca ayat-ayat suci Al Qur'an hari ini

Alhamdulillaah auratku masih tertutup dengan hijab yang rapat hari ini

Alhamdulillaah aku masih diberi makanan dan minuman yang cukup hari ini

Alhamdulillaah aku diberi ujian, kemudian aku diberi ilmu tentang kesabaran dan keikhlasan pada hari ini

Alhamdulillah aku diberi kenikmatan dan kebahagian, kemudian aku diberi ilmu tentang bersyukur pada hari ini

dan Alhamdulillaah aku masih berada dalam keimanan dan nikmat Islam pada hari ini

Alhamdulillaah..Alhamdulillaah..Alhamdulillaah..

Alhamdulillaah 'ala kulli hal.. segala puji bagi Allah atas segala keadaan ^^

Read more...

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP