Tampilkan postingan dengan label Allah Maha Besar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Allah Maha Besar. Tampilkan semua postingan

24 November 2019

Oldie but Goldie


Entah kenapa suasana malam ini selepas hujan begitu syahdu. Dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, di dalam mobil aku merasakan perjalanan yang sangat syahdu, suasana ini kemudian yang membuatku sadar akan pertanyaanku ke diriku sendiri dahulu, kenapa dulu aku sempat berfikir ingin mengakhiri hidup. Kata syahdu lah mungkin jawabannya. Aku teringat kenapa profil blog ku aku beri keterangan humming mizzle, karena itulah diriku yang tersembunyi yang aku sengaja sembunyikan di balik tulisan-tulisanku, aku sesosok yang syahdu, aku dulu suka menulis puisi, puluhan puisi yang telah aku bakar seolah ikut membakar diriku dan jati diriku. Aku kehilangan itu semua dan perlahan tak mempunyai hasrat menjalani hidup karena tak mengenali diri sendiri lagi.

Malam ini aku mengenang diriku kembali, diri yang sangat aku sukai namun takut untuk aku tampilkan ke siapapun. Hidup ini terlalu keras, sosok syahdu tak kan cocok lagi, masih adakah di dunia ini manusia yang mau mendengarkanmu bercerita dengan bahasa puitis yang syahdu, mungkin sudah tak ada lagi. begitulah pikirku. lalu aku mulai membakar semua kesyaduhan itu dan menjalani hari-hari dengan realistis. Suasana yang syahdu telah membuatku rindu untuk menjadi diriku yang dulu, diri yang syahdu nan membiru, rindu akan menjadi sebuah puisi, cinta akan menjadi sebuah puisi, menunggu akan menjadi sebuah puisi dan harapan akan menjadi sebuah puisi.

Tapi, sosok syahdu begitu mudah terbelenggu, mudah retak, mudah kecewa dan mempercayai hal-hal yang telah kuno meski berharga. Dunia telah berubah, mendorongku untuk mengubur diriku yang dulu kemudian berganti menjadi karang di tengah lautan, tak peduli lagi sesyahdu apa suara ombak menghampiri, tetap tegap berdiri kokoh. Aku sudah tak ingin menyalahkan keadaan atau siapapun lagi termasuk diriku sendiri, namun kadang aku berubah menjadi syahdu sesaat ketika aku menulis,  dan ketika aku berhadapan dengan dunia yang nyata, aku telah terlalu takut untuk keluar dari persembunyian bahwa aku masih ingin terlihat syahdu di tengah keramaian, di tengah kezhaliman.

Hanya dengan melihat awan bergerak lembut di bawah langit nan biru aku bisa menjadi sangat syahdu. Melihat burung-burung pulang ke sarangnya di senja hari, melihat sisa air hujan di atas daun, mencium aroma wangi setelah hujan, aku, akan bisa sangat berubah menjadi syahdu. Aku tetiba teringat sangat kuat bahwa inilah yang aku rindukan, sebuah kata yang baru muncul kembali malam ini, kesyaduhan.

Terima kasih diriku yang dulu, mungkin aku tak bisa menjadi engkau lagi. Percayalah, syahdu hanya indah untuk dirasa, namun terlihat menjijikkan bila ditunjukkan. Oldie but Goldie, untuk manusia saat ini engkau sangatlah kuno meski sangat berharga bagiku. Padahal, ketika mencintai dan merindukan dengan syahdu semuanya sangat-sangat indah, sebuah rasa yang tak akan pernah tergambar dengan kata-kata, indah dan sejuk sekali untuk dirasa.

Aku tergelitik dengan diriku sendiri, mungkinkah aku bisa sesyahdu dulu, tapi tidak, aku sungguh sangat takut, menjadi syahdu kemudian dipandang lemah, rapuh dan hanya dengan sekali gertakan aku akan hancur berkeping.

Duhai diri, masihkah kau percaya selain Tuhan dan Ibu yang melahirkanmu, akan ada orang lain yang benar-benar dapat kau percayai untuk sesekali menjadi syahdu di kala senja?

Duhai jiwa, dengarkanlah, aku telah bersahabat dengan keadaanku sekarang, mungkin kenangan bersamamu dulu, diriku yang dulu, diriku yang hanya bersahabat pada buku dan pena, akan menjadi kenangan yang akan tersimpan dalam kotak emas. Ingatan yang begitu syahdu untuk dikenang.

Malam ini begitu syahdu, sesyahdu jiwaku yang rindu menulis surat cinta untuk Tuhanku tentang aku yang menitipkan sebuah nama, semoga nama itu tercatat untukku hingga Jannah.

Read more...

14 Agustus 2019

Kepercayaan


Tadi malam sebelum tidur, aku tetiba teringat nasehat seorang teman beberapa tahun silam, ketika temanku ini pulang dari menimba ilmu di Madinah, ia berkata bahwa sejatinya didunia ini tidak ada manusia yang benar-benar bisa kita percaya, karena hakekatnya kepercayaan itu adalah tertuju pada Allah Azza Wa Jalla. Jikapun kita bisa mempercayai orang lain dengan benar, maka itu adalah wujud dari kepercayaan kita kepada dia karena Allah.

Ia dulu pernah mengatakan bahwa orang-orang yang bisa dipercaya akan berkumpul dengan orang-orang yang bisa menjaga kepercayaan, ruh kita akan mengetahui dan mengenali siapa yang bisa kita percaya dan kita beri kepercayaan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”

Berkata Al-Khaththabi rahimahullah,

يحتمل أن يكون إشارة إلى معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخيِّر من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت.

“Kemungkinan maknanya adalah hal ini merupakan isyarat kepada kesesuaian tipe, baik dalam kebaikan maupun dalam keburukan, baik dalam kebaikan maupun kerusakan. Bahwa orang yang baik itu rindu kepada orang yang setipe dengannya. Demikian pula orang yang buruk hatinya suka kepada orang yang semisalnya (pula). Jadi, saling kenalnya antar ruh itu terjadi sesuai dengan tabiat yang ada pada mereka, baik (ruh) yang baik maupun (ruh) yang buruk.  Maka jika ruh-ruh tersebut setipe, menjadi saling kenal (akrab)lah mereka. Namun, jika mereka tidak setipe, maka mereka tidak saling cocok (tidak akrab).”

Kepercayaan itu tidak berwujud, ia gaib seperti layaknya ruh, ia merupakan sebuah sifat yang menempel pada ruh, oleh karena itulah kenapa ruh-ruh ini akan saling mengenali dan menjadi akrab tanpa rekayasa.

Khadijah ra sebagai salah satu wanita terbaik di muka bumi pun pada saat bertemu Rasulullah saw tidak langsung serta merta meletakkan kepercayaan kepada Rasulullah, pembuktian lah yang akhirnya menyebabkan beliau percaya bahwa Rasulullah adalah orang yang layak dipercaya meski Rasulullah adalah seorang miskin dan buta huruf.

Tapi, beginilah hidup, kita berjalan di bumi Allah dengan segala hal yang telah kita temui termasuk salah mengenal ruh, sehingga cara kita mengenali ruh yang satu kelompok dengan kita akhirnya menjadi kabur dan ragu-ragu. kita harus jujur pada diri kita sendiri berapa kali kita telah terjebak pada kelompok ruh yang salah, yang di mana kita anggap sama dengan kita nyatanya berkebalikan.

Mungkin sebenarnya dulu kita terlalu terburu-buru memutuskan bahwa kita telah berada pada kelompok ruh yang sama, sehingga bolak balik kita menjalani hidup seolah-olah tidak pernah menemukan kelompok yang sebenarnya. mungkin juga, sebenarnya kita hanya perlu memberikan sedikit waktu kepada diri kita dan orang yang mulai ingin kita percayai untuk membuktikan bahwa kita layak untuk dipercaya dan dia layak dipercaya hingga nanti akhirnya waktulah yang membuktikan segalanya. atau mungkin kita lupa bahwa ketika kita ingin mempercaya seseorang, maka percayailah ia hanya karena Allah semata.

Salah satu nasehat yang masih kuingat adalah bahwa ketika mulai membuka hati untuk mempercayai seseorang yang dekat dengan kita, maka kita harus yakin terlebih dahulu bahwa Allah tidak akan pernah salah mengirimkan seseorang untuk kita percayai terutama bila kita telah mempercayainya hanya karena Allah semata. kita hanya cukup yakin dengan janji Allah, setidaknya dalam satu kali hidup ini kita akan menemukan ruh yang sama dengan kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/26888-kemana-masa-mudaku-melangkah-6.html
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/26888-kemana-masa-mudaku-melangkah-6.html

Read more...

02 Agustus 2019

Hal yang Terlupakan




Mungkin, kita ini sudah terlampau jauh lupa untuk apa kita diciptakan di dunia ini sebenarnya. layaklah kita mengingat bahwa kita diciptakan sesungguhnya hanya untuk beribadah kepada Allah.


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” 
(QS. Adz Dzariyat: 56)


Tapi sayangnya kata beribadah hanya diartikan sebagai ritual agama yang hubungannya dengan amalan akhirat, seharusnya kita benar-benar mengerti bahwa segala sesuata yang diniatkan hanya karena Allah itu termasuk ibadah. Well, bahkan bekerja seharian atau sekedar membaca buku seharian bila itu semua diniatkan karena Allah maka sejatinya kita itu telah beribadah. Jangan lupa teman, sholat mu, puasamu itu bila tidak kau niatkan Karena Allah, maka sejatinya itu tidak menjadi ibadah pada akhirnya.

Dengan semua kelupaan ini maka manusia semakin lupa bahwa sebenarnya kita tidaklah butuh pengakuan siapapun kecuali pengakuan dari Allah. Betapa banyak manusia membuang apa yang telah diberikan Allah padanya hanya untuk memenuhi kepuasan akan kebutuhan pengakuan manusia. betapa banyak keadaan menyedihkan yang kita lihat di sekitar kita yang dilakukan oleh manusia hanya untuk diakui oleh manusia lainnya. lelaki menjadi wanita, wanita menjadi lelaki, wanita menjaja harga diri, lelaki bekerja tanpa memandang halal dan haram, ini tiada lain bersumber dari keinginan diri hanya untuk dilihat manusia lainnya bahwa dirinya itu mempunyai sesuatu untuk diakui dan dibanggakan.

Padahal, hati kita tau lelahnya melakukan itu, nestapanya terus menerus mengharapkan hal seperti itu. lalu, kenapa kita tidak mulai untuk masa bodo dengan semua keinginan dan pengharapan akan pengakuan orang lain, kenapa kita tidak mulai membahagiakan diri kita sendiri dengan menjadi hamba Allah yang apa adanya di hadapan Allah, tidak peduli bagaimana manusia lainnya menilai, tidak peduli dengan apa yang orang akan katakan, namun kita hanya peduli bagaimana Allah memandang kita. Hanya dengan cara inilah sesungguhnya kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri, dengan kekurangan-kekurangan kita dan pada akhirnya bisa berdamai dengan kekurangan orang lain.

Dan beginilah kehidupan, karena kehidupan itu hakekatnya adalah perjumpaan dengan orang-orang yang bisa jadi akan membuat sistem pertahanan rasa syukur kita runtuh dengan standar-standar yang mereka ciptakan, namun bisa jadi kita dipertemukan oleh orang-orang yang tidak terlalu perduli dengan ukuran standar dunia ini.

Apapun ukuran standar kebahagiaan yang telah ditetapkan manusia, biarlah itu menjadi standar fana yang tak harus diikuti karena ukuran standar kita dalam hidup ini adalah melakukan apapun hanya karena Allah semata.

Katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Robb semesta alam.” 
(QS. Al-An'am: 162)

Read more...

11 Januari 2019

Kita-lah Pemeran Utamanya


https://s.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/ilustrasi-_140225164424-771.jpg


Teman, pernahkah kita merasa bahwa pertemuan kita dengan banyak hamba Allah di muka bumi ini terkadang menyebabkan kita goyah seolah kita hanyalah pemeran pendukung dalam layar film kehidupan kita sendiri bukan sebagai pemeran utama. Padahal, kita adalah pemeran utama masing-masing dalam kehidupan kita sedangkan orang lain hanyalah pemeran pendukung yang nantinya akan membuat riyak turun naik kehidupan kita.

Hidup ini sejatinya adalah pertemuan demi pertemuan yang hanya akan berhenti pada muara kematian. Selama kita masih hidup maka pertemuan-pertemuan dengan hamba-hamba Allah yang telah Allah tentukan di Lauh Mahfuzh pastinya akan terjadi dan tidak akan pernah kita elakkan. Jangan pernah sesekali kita mengatakan 'seandaikanya aku tidak pernah bertemu dengannnya tentunya hidupku tidak akan seperti ini", tetapi teman biarlah pertemuan-pertemuan itu sekalipun itu adalah pertemuan yang menyakitkan dan menyesakkan, biarkanlah terjadi dan kita harus terus berjalan sehingga akan ada pertemuan-pertemuan lainnya yang akan menjadi hikmah mengapa pertemuan-pertemuan sebelumnya harus terjadi.

Kita hidup, beribadah dan mati hanya untuk Allah Subhanawata'ala, selayaknya perjumpaan yang paling kita harapkan adalah perjumpaan dengan Rabb kita Allah 'azza wajalla bukan perjumpaan sementara dengan hamba di dunia yang fana ini. Biarlah setiap perjumpaan tak pernah kekal, biarkanlah teman semuanya pergi karena seperti itulah yang harus terjadi di dunia ini, ada perjumpaan ada perpisahan.

Tundukkanlah kepalamu dan hatimu, bila air mata ingin menetes biarkanlah ia seperti itu, namun percayakan hatimu untuk ikhlas dengan semua perjumpaan hanya karena Allah 'azza wajalla semata. Apa yang kau pikir sempurna sejatinya tidak akan pernah ada yang sempurna. Dalam sebuah pertemuan, kita atau dia adalah masing-masing pemeran utama dalam kehidupan kita masing-masing yang tidak akan pernah ada kesempurnaan. Ikhlaskan dirimu hanya karena mengharap perjumpaan dengan Rabb-mu kelak di surga sana.

Hari ini, Jam ini, Menit ini, Detik ini pikirkanlah siapa yang paling kita harapkan untuk kita jumpai, apakah itu yang ada di dalam hatimu? perjumpaan dengan Rabb yang Maha Mulia atau masih hanya sebatas perjumpaan dengan dia yang fana di dunia yang fana?


Teman, di mana kerinduan hatimu saat ini?

Read more...

14 Februari 2016

Senja itu...





hidup adalah tentang pertemuan. entahkah pertemuan itu singgah sejenak di kehidupan kita atau hanya sebatas lewat, tapi yang jelas kita mendapat banyak pelajaran dari pertemuan-pertemuan itu.

teman, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, tidak ada istilah kebetulan dalam kamus  agama kita. yang ada ialah qodarullaah, semua telah ditetapkan oleh Allah walau hanya sehelai daun yang jatuh ke tanah atau sebutir pasir yang terbang terbawa angin.

ada kalanya dengan pertemuan itu kita dipertemukan dengan orang-orang yang salah, namun anehnya ditakdirkan singgah sementara dalam kehidupan kita. namun ada kalanya kita dipertemukan dengan orang-orang yang benar, namun hanya sebatas lewat. entah apa maksud Allah dengan semua ini namun apapun ketetapan Allah tidak pernah sia-sia.

Allah menghendaki kita mengambil pelajaran dari setiap pertemuan di mana pelajaran itu kemudian menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi.

perputaran waktu telah menghantarkan kita pada masa (jaman) yang berbeda, bahkan dengan sangat cepat waktu berlalu mempertemukan kita dengan orang-orang baru yang mungkin bagi kita asing karena kita terlalu terlena dengan masa yang telah berlalu. ketika sadar kita baru bertanya di jaman apakah kita ini berada, kenapa orang-orangnya seperti tak ada yang kita kenal?

aku, seringkali ketika senja datang, aku menatap lekat senja yang bersahaja itu, aku hanya ingin menyampaikan rasa rinduku terhadap pertemuan-pertemuanku dengan sahabat-sahabatku dulu, sahabat yang bisa menerima keadaanku apa adanya, sahabat yang selalu ada setiap aku butuhkan,  sahabat yang tak pernah mencela kekuranganku, sahabat yang selalu setia menuntunku ke arah yang benar dan sahabat di mana aku tidak takut untuk menjadi diriku sendiri. aku sungguh merindukan masa-masa itu.

kemudian waktu berputar memaksaku harus meninggalkan semua sahabat-sahabatku yang berharga di masa itu dan mempertemukanku dengan orang-orang baru, yang kemudian beberapa dari mereka bisa dijadikan sahabat namun entah kenapa tak bisa sepenuh seperti sahabat-sahabatku yang dulu. mungkin karena aku telah terdampar di masa yang manusianya selalu berhitung, berhitung soal apa saja, termasuk soal persahabatan. pada akhirnya, bagiku, semua ini hanya mengajarkanku untuk menahan diri menjadi diri sendiri meski dengan sahabat-sahabatku sendiri.

wahai senja nan merah, adakah jalan bagiku untuk kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatku yang dulu, bercanda, bercerita dan saling menasehati tanpa ada beban dan keterpaksaan...

wahai senja nan merah, adakah kau akan menyampaikan rasa rinduku ini pada sahabat-sahabatku yang telah tersebar entah di mana di bumi Allah...

wahai senja nan merah, masih adakah asa yang tersisa untuk aku dapat bertemu dengan orang-orang seperti sahabat-sahabatku dulu di masa kini...adakah...

dan..biarlah bersama senja ku menyimpan rasa ini...^^

Read more...

03 Desember 2012

Autumn in My Heart ^^


Tiadalah aku melihat semua kebesaran Allah selama berada di Bumi Allah Negeri Sakura, selain itu semua menambah rasa keyakinan dan keimananku bahwa Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan hanya Allah 'azza wa jalla

teman, aku sungguh tidak menyangka bila Allah mentakdirkanku untuk bisa menikmati musim gugur yang indah di negeri sakura, meski hanya sebentar tapi sungguh ini nikmat yang luar biasa. sebenarnya aku sempat berkeliling ke 6 kota besar (Tokyo, Osaka, Hiroshima, Nagasaki, Fukuoka, Kyoto) di sana tapi ketika berada di Kyoto lah aku benar-benar merasa takjub dengan kebesaran Allah yang ada di sana.

di suatu pagi dijalanan yang yang elok yang penuh dengan daun-daun mapple dan daun-daun ginko yang berwarna warni dan berguguran, aku membatin, seandainya kota ini penuh dengan Masjid dan orang-orang muslim alangkah luar biasa indah dan bahagianya.

perjalanan yang begitu berkesan karena di sana lah Allah menunjukkan padaku bahwa Dia selalu bersamaku dan menolongku. teman, di negeri sakura hampir tidak ada yang menggunakan Jilbab, jadi jangan heran kalau kita yang memakai Jilbab apalagi cukup gede akan menjadi bahan sorotan dimana-mana. tapi justru pengalaman inilah yang membuatku berkesan.

suatu hari ketika pulang dari Miyajama Island dan sedang berada di kereta api, aku dan sepupuku duduk di depan dua orang nenek yang masih kuat dan cantik. tiba-tiba mereka menegurku dan mengatakan sesuatu dalam bahasa jepang, yang aku hanya mengerti sedikit-sedikit mereka bilang apa, tapi syukurlah sepupuku yang pernah ke jepang sudah fasih bahasa jepang sehingga ia paham apa yang mereka bicarakan. mereka bilang jilbab yang saya kenakan bagus, indah dan terlihat cantik dan mereka bertanya apa yang saya kenakan ini. dalam bahasa jepang jilbab adalah hijabu. dan karena mereka sangat terkesan saya sampai di kasih makanan yang mereka bawa sebagai oleh-oleh untuk keluarga mereka. Subhanallaah,,,

selain itu pengalaman berkesan ketika aku ingin berwudhu di kamar mandi dan tiba-tiba beberapa orang ibu-ibu mendekatiku dan menunjuk kearah jilbabku dan mengatakan suteki ne,,,yang artinya bagus ya,,,aku bilang ke mereka ini jilbab yang dikenakan wanita muslimah.mereka mendengarkan dengan seksama dan mengatakan terima kasih atas penjelasan yang aku berikan.Subhanallaah,,semoga bisa menjadi lahan dakwah.

pengalaman berkesan lainnya adalah ketika aku begitu susahnya mencari tempat sholat, inilah pengalaman pertamaku ketika harus sholat di taman kota, di stasiun kereta api, di ruang darurat, karena tidak ada masjid yang aku temui selama aku di sana, dan di saat seperti inilah aku penuh rasa syukur kepada Allah aku bisa tinggal di Indonesia yang di mana-mana aku bisa temui masjid. pernah satu sewaktu di kyoto aku mencari tempat sholat dan karena pada saat itu hari minggu, kyoto penuh dengan orang-orang sehingga jalanan sangat ramai dan menjadi macet. taman-taman kota sudah tidak bisa digunakan untuk sekedar sholat sebentar. akhirnya aku memutuskan pergi ke stasiun kereta api kyoto dan bismillaah meminta mereka meminjamkan suatu ruangan khusus di sana. dan teman, yang membuat aku kaget adalah mereka tidak mengerti sholat yang aku jelaskan meskipun aku menjelaskan dalam bahasa inggris staf di sana tidak mengerti apa yang aku  maksud, hingga datang seorang staf yang lain bertanya kepadaku "are you muslim?" ketika aku jawab iya barulah ia mengerti bahwa aku ingin melaksanakan sholat 'ashar dan teman aku diberi ruangan yang cukup sempit tapi sangat nyaman untuk sholat hohoho tapi Alhamdulillaah pertolongan Allah tak pernah henti dan selama di sana betapa aku merindukan suara adzan,,,rindu teramat sangat dengan suara orang yang membaca Al Qur'an di masjid dan itu yang membuatku cepat merasakan homesick.

setiap sudut kota yang indah di sana, sungguh memperlihatkan kebesaran Allah, sungguh Allah maha besar dan maha indah, semua ini sungguh membuatku terharu dan menambah keyakinanku kepada Allah Rabb semesta alam, aku beriman kepada Allah dengan segala kesempurnaan yang Allah miliki.

suatu sore yang begitu menakjubkan, duduk dibawah pohon mapple berwarna kuning dengan angin yang lembut yang membuat daun-daun mapple jatuh dengan eloknya, ah betapa Engkau maha kuasa Ya Rabb,,betapa hanya Engkau yang patut disembah, betapa banyak kezhaliman dan kefuturan yang telah hamba lakukan.

terima kasih atas perjalanan ini ya Rabb,,terima kasih atas hidayah dan ilmu yang telah Engkau berikan melalui perjalanan ini,,terima kasih Ya Allah Ya Tuhanku yang maha satu,,,


Read more...

22 Maret 2010

sungguh, Engkau maha besar Ya Rabb...

di copy dari yusuf-mansur-network

sungai di dasar laut bukti kebesaran Allah dan kebenaran Al Qur'an
Allahu Akbar..Allahu Akbar...Allahu Akbar....

Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan Sungai dalam Laut

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53
 Sungai di Dasar Laut Merupakan Bukti Kebenaran Al Quran

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
 Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam.
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Subhanallaah..Allahu Akbar
sungguh aku meyakini bahwa Tiada Tuhan yang patut disembah dan diibadahi kecuali Allah 'Azza Wa Jalla

Read more...

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP