Cahaya dalam Kegelapan
Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu,
hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka berbuat dosa
dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini
melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan
dosanya.
Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, ‘Berhentilah dari
berbuat dosa.’ Dia menjawab, ‘Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan
memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa
yang aku lakukan.’
Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, ‘Demi Allah, dosamu tidak akan
diampuni oleh-Nya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.’
Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya
di hadapan Allah Rabbul’Alamin. Allah ta’ala berfirman kepada lelaki ahli
ibadah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah
apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’
Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, ‘Masuklah kamu ke dalam
surga berkat rahmat-Ku.’
Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, ‘Masukkan orang ini ke neraka’.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Mubarak dalam Az-Zuhd, dan Ibnu Abi Dunya
dalam Husn Az-Zhan, dan Al-Baghawi Syrah As-Sunnah)
tapi suatu ketika di duniaku yang telah
berbeda dengan lingkungan yang dulu lingkungan yang dikelilingi oleh
orang-orang saleh, maka benarlah suatu ketika, ketika itu pun datang di mana
aku akhirnya bisa lempeng dan luwesnya melakukan beberapa dosa yang dulunya
getolll banget aq kumandangkan ke orang-orang kalo itu dosa itu haram dll,
seketika itu juga beberapa teman-teman yang dulu tau aq bagaimana langsung
memborbardir dengan berbagai nasehat yang kadang cukup menyakitkan terasa bukan
seperti nasehat tapi seperti mengejudge bahwa seolah-olah betapa buruknya aq
dibanding mereka.
namun mereka tidak tau, tidak akan pernah
tau bahwa justru keadaan seperti itu memberikanku pelajaran dan hikmah yang
sangat dalam. pernah, ketika aq rajin-rajinnya tahajud, puasa daud, sedekah,
menasehati orang, menjaga pandangan, menjaga lisan dan hal-hal soleh lainnya,
aq pernah duduk di atas sajadah dan bertanya "wahai Rabbku kenapa, kenapa
aku sudah solehah seperti ini Engkau tak jua menjawab doa-doaku, tak jua
mengabulkan permohonanku, tak jua menurunkan pertolonganMu, kenapa Rabb?"
dalam keadaan seperti itu bukankah
harusnya tingkat keyakinanku pada janji Allah akan tertanam kuat kan? tapi
tidak...karena aku merasa sudah soleh aku malah menjadi tidak yakin, menjadi
tidak percaya dengan janji janji Allah, menjadi sia-sia dengan apa yang telah
aku lakukan...ditingkat ibadahku yang sangat bagus
itu...miris....celaka....justru aq dapatkan tingkat kepercayaanku pada Allah
jsutru berada pada dasar yang sangat rendah,
suatu ketika aq kecewa lantas aq marah, aq
mulai meninggalkan semua itu, merasa ringan tanpa harus bangun tengah malam
untuk tahajud, merasa bebas untuk melakukan dosa dosa kecil tanpa merasa
bersalah, sudah tidak ingin terlihat soleh lagi dihadapan Allah dan untuk
beberapa lama aq berada di keadaan itu. tapi di satu waktu aq menyadari bahwa,
entah kenapa, ketika aq duduk di atas sajadah setelah sholat yang aq lakukan
dengan setengah2, aq jsutru merasa bahwa Allah akan membawaku kembali, Dia
tidak akan meninggalkanku, Dia akan memberi yang aku pinta di waktunya, aq
tetiba berubah menjadi optimis, percaya diri, keceriaan yang hilang muncul
kembali, padahal aq sedang berada di titik futur yang sangat futur.
barulah aq sadar, ada yang aq lupa ketika
aq sedang giat beribadah kepada Allah yaitu ikhlas. ikhlas berarti merendah,
tetap merasa hina, dan tidak memaksa kehendak kepada Allah seolah-olah apa yang
telah dilakukan udah bener banget bakal diterima.
ketika bergelimang dosa justru hati
merendah, merendah bahwa diri sangatlah hina, keadaan merendah itu kemudian
tanpa disadari menjadikan ibadah menjadi ikhlas, tidak perduli bagaimana Allah
menjawab doa, tapi hati tetap ingin berdoa, tetap ingin kembali.
pencerahan yang terjadi pada diriku
sendiri ini membuka mata hatiku dan membuat cara pandangku menilai orang lain
menjadi berubah, bahkan dengan ahli dosa sekalipun dan bahkan dengan ahli
ibadah sekalipun.
tak ada yang tau dengan pasti, seperti apa
isi hati manusia itu, hanya Allah mutlak yang mengetahui seperti apa kebenaran
akan kata ikhlas di dalam hati kita.
mari berhenti menjudge seseorang atau
berlebihan memberi pujian, sungguh, cahaya bisa kita lihat dengan jelas di
dalam kegelapan tapi cahaya akan samar dalam terang benderang.
dan hanya Allah yang dapat memberikan
cahaya di dalam hati manusia, bahkan di dalam lubuk hati yang tergelap
sekalipun,