Tampilkan postingan dengan label kekuatan cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kekuatan cinta. Tampilkan semua postingan

24 November 2019

Oldie but Goldie


Entah kenapa suasana malam ini selepas hujan begitu syahdu. Dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, di dalam mobil aku merasakan perjalanan yang sangat syahdu, suasana ini kemudian yang membuatku sadar akan pertanyaanku ke diriku sendiri dahulu, kenapa dulu aku sempat berfikir ingin mengakhiri hidup. Kata syahdu lah mungkin jawabannya. Aku teringat kenapa profil blog ku aku beri keterangan humming mizzle, karena itulah diriku yang tersembunyi yang aku sengaja sembunyikan di balik tulisan-tulisanku, aku sesosok yang syahdu, aku dulu suka menulis puisi, puluhan puisi yang telah aku bakar seolah ikut membakar diriku dan jati diriku. Aku kehilangan itu semua dan perlahan tak mempunyai hasrat menjalani hidup karena tak mengenali diri sendiri lagi.

Malam ini aku mengenang diriku kembali, diri yang sangat aku sukai namun takut untuk aku tampilkan ke siapapun. Hidup ini terlalu keras, sosok syahdu tak kan cocok lagi, masih adakah di dunia ini manusia yang mau mendengarkanmu bercerita dengan bahasa puitis yang syahdu, mungkin sudah tak ada lagi. begitulah pikirku. lalu aku mulai membakar semua kesyaduhan itu dan menjalani hari-hari dengan realistis. Suasana yang syahdu telah membuatku rindu untuk menjadi diriku yang dulu, diri yang syahdu nan membiru, rindu akan menjadi sebuah puisi, cinta akan menjadi sebuah puisi, menunggu akan menjadi sebuah puisi dan harapan akan menjadi sebuah puisi.

Tapi, sosok syahdu begitu mudah terbelenggu, mudah retak, mudah kecewa dan mempercayai hal-hal yang telah kuno meski berharga. Dunia telah berubah, mendorongku untuk mengubur diriku yang dulu kemudian berganti menjadi karang di tengah lautan, tak peduli lagi sesyahdu apa suara ombak menghampiri, tetap tegap berdiri kokoh. Aku sudah tak ingin menyalahkan keadaan atau siapapun lagi termasuk diriku sendiri, namun kadang aku berubah menjadi syahdu sesaat ketika aku menulis,  dan ketika aku berhadapan dengan dunia yang nyata, aku telah terlalu takut untuk keluar dari persembunyian bahwa aku masih ingin terlihat syahdu di tengah keramaian, di tengah kezhaliman.

Hanya dengan melihat awan bergerak lembut di bawah langit nan biru aku bisa menjadi sangat syahdu. Melihat burung-burung pulang ke sarangnya di senja hari, melihat sisa air hujan di atas daun, mencium aroma wangi setelah hujan, aku, akan bisa sangat berubah menjadi syahdu. Aku tetiba teringat sangat kuat bahwa inilah yang aku rindukan, sebuah kata yang baru muncul kembali malam ini, kesyaduhan.

Terima kasih diriku yang dulu, mungkin aku tak bisa menjadi engkau lagi. Percayalah, syahdu hanya indah untuk dirasa, namun terlihat menjijikkan bila ditunjukkan. Oldie but Goldie, untuk manusia saat ini engkau sangatlah kuno meski sangat berharga bagiku. Padahal, ketika mencintai dan merindukan dengan syahdu semuanya sangat-sangat indah, sebuah rasa yang tak akan pernah tergambar dengan kata-kata, indah dan sejuk sekali untuk dirasa.

Aku tergelitik dengan diriku sendiri, mungkinkah aku bisa sesyahdu dulu, tapi tidak, aku sungguh sangat takut, menjadi syahdu kemudian dipandang lemah, rapuh dan hanya dengan sekali gertakan aku akan hancur berkeping.

Duhai diri, masihkah kau percaya selain Tuhan dan Ibu yang melahirkanmu, akan ada orang lain yang benar-benar dapat kau percayai untuk sesekali menjadi syahdu di kala senja?

Duhai jiwa, dengarkanlah, aku telah bersahabat dengan keadaanku sekarang, mungkin kenangan bersamamu dulu, diriku yang dulu, diriku yang hanya bersahabat pada buku dan pena, akan menjadi kenangan yang akan tersimpan dalam kotak emas. Ingatan yang begitu syahdu untuk dikenang.

Malam ini begitu syahdu, sesyahdu jiwaku yang rindu menulis surat cinta untuk Tuhanku tentang aku yang menitipkan sebuah nama, semoga nama itu tercatat untukku hingga Jannah.

Read more...

14 Agustus 2019

Kepercayaan


Tadi malam sebelum tidur, aku tetiba teringat nasehat seorang teman beberapa tahun silam, ketika temanku ini pulang dari menimba ilmu di Madinah, ia berkata bahwa sejatinya didunia ini tidak ada manusia yang benar-benar bisa kita percaya, karena hakekatnya kepercayaan itu adalah tertuju pada Allah Azza Wa Jalla. Jikapun kita bisa mempercayai orang lain dengan benar, maka itu adalah wujud dari kepercayaan kita kepada dia karena Allah.

Ia dulu pernah mengatakan bahwa orang-orang yang bisa dipercaya akan berkumpul dengan orang-orang yang bisa menjaga kepercayaan, ruh kita akan mengetahui dan mengenali siapa yang bisa kita percaya dan kita beri kepercayaan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”

Berkata Al-Khaththabi rahimahullah,

يحتمل أن يكون إشارة إلى معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخيِّر من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت.

“Kemungkinan maknanya adalah hal ini merupakan isyarat kepada kesesuaian tipe, baik dalam kebaikan maupun dalam keburukan, baik dalam kebaikan maupun kerusakan. Bahwa orang yang baik itu rindu kepada orang yang setipe dengannya. Demikian pula orang yang buruk hatinya suka kepada orang yang semisalnya (pula). Jadi, saling kenalnya antar ruh itu terjadi sesuai dengan tabiat yang ada pada mereka, baik (ruh) yang baik maupun (ruh) yang buruk.  Maka jika ruh-ruh tersebut setipe, menjadi saling kenal (akrab)lah mereka. Namun, jika mereka tidak setipe, maka mereka tidak saling cocok (tidak akrab).”

Kepercayaan itu tidak berwujud, ia gaib seperti layaknya ruh, ia merupakan sebuah sifat yang menempel pada ruh, oleh karena itulah kenapa ruh-ruh ini akan saling mengenali dan menjadi akrab tanpa rekayasa.

Khadijah ra sebagai salah satu wanita terbaik di muka bumi pun pada saat bertemu Rasulullah saw tidak langsung serta merta meletakkan kepercayaan kepada Rasulullah, pembuktian lah yang akhirnya menyebabkan beliau percaya bahwa Rasulullah adalah orang yang layak dipercaya meski Rasulullah adalah seorang miskin dan buta huruf.

Tapi, beginilah hidup, kita berjalan di bumi Allah dengan segala hal yang telah kita temui termasuk salah mengenal ruh, sehingga cara kita mengenali ruh yang satu kelompok dengan kita akhirnya menjadi kabur dan ragu-ragu. kita harus jujur pada diri kita sendiri berapa kali kita telah terjebak pada kelompok ruh yang salah, yang di mana kita anggap sama dengan kita nyatanya berkebalikan.

Mungkin sebenarnya dulu kita terlalu terburu-buru memutuskan bahwa kita telah berada pada kelompok ruh yang sama, sehingga bolak balik kita menjalani hidup seolah-olah tidak pernah menemukan kelompok yang sebenarnya. mungkin juga, sebenarnya kita hanya perlu memberikan sedikit waktu kepada diri kita dan orang yang mulai ingin kita percayai untuk membuktikan bahwa kita layak untuk dipercaya dan dia layak dipercaya hingga nanti akhirnya waktulah yang membuktikan segalanya. atau mungkin kita lupa bahwa ketika kita ingin mempercaya seseorang, maka percayailah ia hanya karena Allah semata.

Salah satu nasehat yang masih kuingat adalah bahwa ketika mulai membuka hati untuk mempercayai seseorang yang dekat dengan kita, maka kita harus yakin terlebih dahulu bahwa Allah tidak akan pernah salah mengirimkan seseorang untuk kita percayai terutama bila kita telah mempercayainya hanya karena Allah semata. kita hanya cukup yakin dengan janji Allah, setidaknya dalam satu kali hidup ini kita akan menemukan ruh yang sama dengan kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/26888-kemana-masa-mudaku-melangkah-6.html
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal akan menjadi saling tidak cocok.”


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/26888-kemana-masa-mudaku-melangkah-6.html

Read more...

20 Februari 2016

Duhai Hati Bersabarlah,,,


duhai hati bersabarlah,,,disaat Fatimah mengharap Ali untuk datang kepadanya, Fatimah hanya berpegang pada keyakinan bahwa Ali yang akan ditakdirkan Allah untuknya dan bahwa laki-laki lain yang datang sebelum Ali datang hanyalah ujian dari Allah seberapa serius ia akan menunggu dan memilih bahwa Ali adalah pilihan di hatinya.

duhai hati bersabarlah,,,di saat kau tau siapa pilihan yang tepat di hatimu namun tak ada yang bisa kau lakukan selain menunggu dan berdo'a, maka ketahuilah bahwa Fatimah dulu juga melakukan hal seperti itu dalam diamnya tanpa ada yang mengetahui hingga Ali pun akhirnya datang menemuinya.

duhai hati bersabarlah,,,bahwa kau harus yakin bahwa takdir Allah telah ditetapkan 50.000 tahun sebelum bumi diciptakan, tidak akan pernah tertukar apa-apa yang telah Allah tetapkan pada masing-masing hambaNya.

duhai hati bersabarlah,,,ketika kau mengambil jalan untuk diam dan bersembunyi, menyembunyikan dirimu duhai hati, karena lelah dan ketika itu ia yang kau cintai dan kau pilih masih sibuk dengan segala prasangka di hatinya dan di pikirannya, maka bersabarlah itu berarti Allah belum menggerakkan hatinya.

duhai hati bersabarlah,,,cinta tak harus diumbar, rindu tak harus bertemu, biarlah ia cinta dan rindu itu berpadu pada sebait untaian do'a hingga Allah menampakkan pertolonganNya, sebagaimana garam di lautan dan asam di pegunungan Allah satukan dan pertemukan menjadi bumbu masakan yang lezat.

duhai hati bersabarlah,,,mungkin ia yang kau harapkan tak tau bahwa mencintai dalam diam lebih perih dari sekedar patah hati, bahwa ini bukan persoalan tak perduli, bahwa ini bukan persoalan tak memikirkan tapi ini persoalan keyakinan bahwa apa yang Allah takdirkan untuk kita tak kan pernah menjadi milik orang lain.

duhai hati bersabarlah,,,mungkin ia belum mengerti bahwa ini bukan perihal memberi kesempatan pada yang lain, melepas dengan keikhlasan, tapi ini perihal mempersiapkan diri, memperbaiki diri dan menjaga diri selagi ia belum datang menemui diri.

duhai hati bersabarlah,,,ketika kau tau bahwa tak ada pilihan lain yang kau inginkan selain dirinya, namun ia masih belum ingin bicara yang sebenarnya dan masih sibuk dengan keraguan di hatinya, maka itu berarti memang belum saatnya bagimu dan baginya.

duhai hati, lihatlah, lembayung semakin ungu dan senja semakin temaram,maka waktu akan membawa pada takdir yang dijanjikan Allah padamu.

dan karena itu duhai hatiku, bersabarlah,,,,

Read more...

11 Januari 2010

kisah cinta, pengorbanan, perjuangan dan pembuktian cinta

sehabis pengajian jum'at sore aku duduk di pelataran masjid kampus ugm, sambil menunggu adzan mahgrib yang akan berkumandang, aku sempatkan membaca Al Qu'ran miniku, yang sampulnya sudah rusak, kertasnya sudah cokelat, hadiah dari sahabatku ketika aku hijrah untuk menggunakan jilbab dalam hidupku 7 tahun yang lalu. Al Qur'an mini yang selalu ku bawa ke mana-mana sebagai pengganti kehadiran sahabatku yang telah meninggal dunia akibat kecelakaan 2 tahun yang lalu.
Subhanallaah..Allahu Akbar..Allahumma Rabbi..aku rindu sahabatku yang solehah itu..rindu nian....rindu teramat dalam..tapi teman, bukan tentang sahabatku ini yang aku ingin ceritakan tapi sahabatku yang lain, yang begitu aku kagumi perjuangan kisah cinta dengan suaminya hingga mereka akhirnya menikah dan saat ini mempunyai 2 orang anak yang masih kecil-kecil.

senja menjelang maghrib itu...ketika aku sedang membaca Al Qur'an miniku...dua sosok ikhwan dan akhwat  dengan membawa dua anak kecil melintas di depanku, berjalan menuju tempat wudhu wanita. Aku terbesit untuk meilhat sejenak di tengah jedah bacaan Al Qur'anku, Ya Allah Subhanallaah..muslimah dengan suaminya muslim anggap saja begitu namanya, hah? udah punya 2 anak? ya jelas aku kaget terakhir aku bertemu mereka ketika menghadiri walimahan mereka tahun 2007 silam, Subhanallah..anak-anaknya masih kecil-kecil banget bahkan yang digendong muslimah masih bayi. aku melihat mereka berdua begitu bahagia, terpancar pada wajah mereka yang bahagia nan bercahaya. aku tersenyum bahagia

teringatku kisah mereka 2 tahun yang lalu, sebuah kisah cinta yang penuh perjuangan dan begitu mengharukan. saat itu ketika mereka dipertemukan Allah di rumah zakat yogyakarta, ya ketika mereka berdua bekerja di sana. muslimah telah lulus kuliah saat itu sedangkan muslim masih kuliah dan berusia lebih muda dari muslimah. muslim, lelaki sederhana yang berasal dari keluarga pas-pasan, jatuh cinta kepada sahabatku muslimah, kemudian mengajak muslimah untuk berta'aruf, dalam sebulan muslim yakin bahwa muslimah adalah bidadarinya, sebulan ta'aruf, muslim pergi ke Bengkulu dengan berbekal tabungannya yang mepet untuk mengkhitbah muslimah. tapi tau kah teman? muslim pergi tanpa restu dari orang tua dan keluarga besarnya, orang tuanya bahkan mengancam tak akan mendanai biaya pernikahannya, tak akan datang ketika muslim menikah. tapi itu semua tak menyulutkan niatnya untuk segera menikahi muslimah wanita pujaan hatinya. lamaran itu awalnya ditolak karena orang tua muslimah khawatir dengan keadaan muslimah kelak bila telah menikah melihat keadaan muslim yang serba sederhana, kuliah belum lulus dan usia yang lebih muda dari muslimah belum lagi ditambah keadaan orang tua muslim yang tak merestui sama sekali.

muslim terus meyakinkan orang tua muslimah bahwa dia adalah lelaki yang bertanggung jawab, seorang lelaki kuat yang akan berusaha membahagiakan muslimah anak mereka apapun keadaan dia kelak. muslimah pun pada saat itu tak kuasa menahan air mata, terharu dengan perjuangan cinta muslim, dia membantu muslim tuntuk meyakinkan kedua orangtuanya bahwa dia ikhlas menikah dengan muslim hanya untuk mengharap ridho Allah semata. sungguh Allah maha membolak balikkan hati.

melihat semua ini akhirnya lamaran muslim diterima, sebulan kemudian mereka akhirnya menikah di Bengkulu, dengan walimahan ala kadarnya campur baur wanita dan lelaki (atas keinginan orang tua muslimah) dan yang paling menyedihkan tanpa dihadiri satupun keluarga muslim hanya beberapa teman sesama ikhwan dari yogya yang menemani muslim ke Bengkulu. satu hal yang membuat aku dan teman-teman akhwat takjub sekaligus terharu dan sempat membuat kami merasa iri dengan pasangan ini adalah ketika muslimah dan muslim telah resmi menjadi suami istri pada akad suci yang dipenuhi dengan derai air mata haru, bahagia dan sedih itu, muslim terus menerus menggenggam tangan muslimah pujaan hatinya yang telah halal baginya. genggaman tangan yang hanya dilepas muslim ketika bersalaman dengan tamu, genggaman tangan yang ingin meyakinkan muslimah bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa dia akan bahagia bersama dengannya. ah..teman..begitu romantis dan mengharukan....

dan senja itu aku bertemu mereka kembali setelah 2 tahun tidak bertemu, mereka telah mempunyai 2 anak rupanya dan mereka bahagia sekali. aku ingin menegur muslimah kala itu tapi aku urungkan karena aku lihat dia sangat repot dengan bayinya. maka aku hanya tersenyum sekaligus merasa iri dan mereka pun berlalu hilang dari pandanganku, yah..aku tidak seberuntung mereka, pada saat mereka menikah dulu aku juga mempunyai impian yang sama namun aku tidak seberuntung mereka.

setelah begitu lama baru aku mengetahui bahwa selama ini aku berdoa sendirian, berjuang sendirian di hadapan Allah dan barulah aku tau bagaimana dia yang sebenarnya dalam agama dan keimanannya hingga akhirnya kisahku berakhir tanpa perjuangan dan pembuktian sama sekali, berakhir begitu saja tanpa harga sama sekali .

mungkin aku juga tidak sekuat muslimah, tidak setegar muslimah jika dihadapkan pada keadaan yang sama. tidak ada yang harus dipersalahkan, namun semua ini membuat aku mengerti akan cinta yang dewasa dan cinta yang betanggung jawab. mungkin selama ini aku terlalu naif dan terlalu tulus sehingga aku tidak bisa menyadari bahwa aku sedang berada dalam permainan cinta, ya..cinta yang hanya untuk main-main, cinta yang hanya sekedar melampiaskan hawa nafsu.

tak terasa air mataku menetes ......aku menunduk memejamkan mata dan berdo'a di dalam hati Ya Rabb..tak ada yang aku sesali..aku ikhlas hanya karena Engkau, Ya Rabb..janganlah Engkau kembalikan aku ke kedaanku yang dulu, berilah aku ganti yang lebih baik dan Engkau maha mendengar do'a hambaMu, Allahumma Amiin..


Read more...

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP