14 Agustus 2012

Lelaki Andalus dan Seekor Gajah



“Jangan Berhenti, Titik”

Nama Lelaki itu mudah dikenal, Yahya bin Yahya. Nun jauh dari Andalusia ia berasal. Ia pergi menuntut ilmu ke Madinah. Berguru pada Imam Malik. Andalusia-Madinah adalah jarak yang teramat jauh. Terlebih dengan sarana transportasi  apa adanya di masa itu. Tetapi Yahya bin Yahya adalah salah satu contoh terbaik tentang kehendak seorang muslim yang tidak pernah berhenti menjadi berarti.

Hari-hari menimba ilmu pun ia lalui di Madinah yang tenang. Di hadapan sang guru Imam Malik. Hingga suatu hari, saat tengah berada di majelis bersama murid-murid yang lain, tiba-tiba  ada rombongan orang-orang entah dari mana. Mereka datang sambil membawa gajah. Murid-murid Imam Malik berhamburan keluar ingin melihat gajah. Di Jazirah Arab, makhluk besar berbelalai itu saat itu memang tergolong asing. Maka orang-orang pun keluar ingin melihat lebih dekat begitupun dengan murid-murid Imam Malik.

Semua beranjak, kecuali Yahya bin Yahya. Hingga semua keluar Yahya tetap duduk di majelis itu. Melihat itu Imam Malik mendekat.”mengapa engkau tidak keluar juga untuk melihat gajah?” tanya imam malik. Yahya menjawab,”aku jauh-jauh datang dari Andalusia untuk menuntut ilmu, bukan untuk melihat gajah”. Imam Malik sangat kagum dengan keteguhan Yahya. Setelah itupun Imam Malik pun menggelarinya dengan ‘aqilu andalus’ (lelaki berakal dari Andalusia).

Betapa sering perjalanan hidup kita berhenti. Bahkan oleh hal-hal yang tidak terlalu serius. Betapa banyak orang berhenti mengejar cita-cita, kehendak mulia, mimpi-mimpi fantastis dalam capaian prestasi hanya lantaran keteledoran, hanya karena ulah menyimpang yang mulanya hanya iseng-iseng belaka, atau mental ‘nanti dulu’, atau sikap ‘sebentar dulu’. Akhirnya lama kelamaan jiwanya mulai layu, semangatnya mulai redup. Gairah berkaryanya semakin kering. Akhirnya iapun terhenti dari segala harapan yang telah menanti di ujung kerja kerasnya.

Gelar ‘aqilu andalus’ (lelaki berakal dari Andalusia) menegaskan soal lain, bahwa kehendak kuat untuk tidak berhenti, atau terhenti, membutuhkan kalkulasi keyakinan yang kuat. Ini tidak sekedar ukuran rasional untung atau rugi. Ini juga benar-benar bukan soal selera suka atau tidak suka melihat gajah. Tapi ini sungguh-sungguh benar soal pemahaman, kemengertian, kesadaran dan juga kedalaman penghayatan tentang keputusan apa yang harus diambil seorang muslim di saat-saat ia tergoda.

Begitulah seorang muslim semestinya. Menata jalan cita-citanya. Semua orang punya harapan-harapannya, tinggi atau rendahnya, jauh atau dekat, serius atau main-main. Tetapi menjadi seorang muslim yang tak mengenal kata henti dalam berjalan, berusaha, berkarya adalah pilihan keimanan untuk tujuan nun jauh di akhirat sana. Sebab di atas arah jalan itu hidup seorang muslim menjadi punya arti.

Cita-cita luhur, kehendak kuat, mimpi-mimpi untuk menjadi seorang muslim yang punya arti, tidak boleh terhenti oleh apapun. Apalgi hanya sekedar karena seekor gajah. Hiburan dan rehat ada tempatnya sendiri yang proporsional.

Kita harus terus mengejar. Jangan berhenti. Jadilah seperti lelaki berakal dari Andalusia itu.

(disadur dari buku Lelaki Pendek Hitam & Lebih Jelek dari Untanya (Bab 13). Penulis Ahmad Zaifori AM)

0 komentar:

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP