07 Oktober 2010

Mungkin ini

aku termasuk orang yang mungkin cukup lambat untuk memahami sebuah pembelajaran hidup, tapi aku dari dulu selalu bingung dengan sebuah istilah "pelampiasan". setahun yang lalu, sebelum aku pindah kos ditempatku saat ini, aku pernah ngekos disebuah kos-kosan yang rata-rata isinya anak kuliahan. ada satu orang teman yang aku kenal, yang entahlah dia begitu sering mengistilahkan hidupnya dengan satu kata "pelampiasan".

sering aku dapati dia sedang menangis seorang diri, seperti meratapi sesuatu yang telah lama terjadi. benar rupanya, tak perlu aku tanya akhirnya dia pun bercerita. ditinggal begitu saja oleh pujaan hatinya, itulah intinya. lelaki yang selama dia kenal lelaki hanya lelaki ini yang paling dan sangat dicintainya. hampir setiap hari dia didatangi seorang lelaki yang kata dia adalah pacar barunya, lagi-lagi dia mengatakan pelampiasan.

waktu berlalu, setahun sudah kami bersama dalam satu kos, aku lihat dia cukup bahagia dengan pacar barunya. suatu hari dia datangi kamarku dan bertanya" mb wulan punya pacar?" aku jawab : tidak. dia tanya "kenapa" aku jawab: karena aku tidak pernah pacaran. dia tanya "pernah patah hati?" aku jawab: pernah. dia tanya lagi "kenapa ga cari seseorang yang baru?" aku jawab: akan ku temukan, tapi tidak untuk sebuah pelampiasan. dia diam.
 
aku tiba-tiba jadi ingat, bahwa Allah menciptakan manusia komplit dengan hati dan perasaan. kita mungkin pernah terluka tapi apakah kita harus membalas dendam ke orang yang udah melukai kita atau membalas dendam ke orang lain yang mungkin ini disebut "pelampiasan".

lalu bagaimana kalau pelampiasan itu diarahkan ke ketakwaan? aku kok ga setuju ya kalo sesesorang diuji Allah terus imannya bertambah maka dia disebut sedang melampiaskan rasa kecewanya.tapi kalo dirujuk ke Al Qur'an orang seperti ini disebut berserah diri kepada Allah.

tapi yang harus kita hati-hati adalah kadang kita sudah seperti ini tapi setan masuk kecelah-celah hati kita dan tanpa sadar kita merasa lebih baik dan lebih soleh dari orang lain dan pada akhirnya kita lebih suka menyalahkan orang lain daripada diri kita sendiri karena kita merasa tetap soleh ketika diuji.

mungkin inilah hati kita teman...hati yang belum sebersih putih telur....hati yang sangat gampang tertipu.....

dan di suatu hari menjelang maghrib, aku mengunjungi kos temenku tadi karena setelah setahun masing-masing kami pindah kos ke kos yang lain. dengan senja yang setenang itu, aku hanya bisa berdiri pasrah ketika yang aku dapatkan hanyalah kamar kosong dan kabar buruk dari temanku bahwa dia telah kabur ke jakarta selama satu bulan bersama lelaki lain dan bukan pacarnya dulu dan ternyata orangtuanya kehilangan jejaknya hingga kini.

entahlah, aku hanya tiba-tiba bersyukur bahwa pilihanku untuk diam selama ini membawa berkah, pelampiasan dalam bentuk apapun takkan pernah membawa kebaikan.

kalaupun ada luka dihati biarlah Allah yang tau...kalaupun hati itu tiba-tiba bergejolak biarlah Allah juga yang tau....

dan kita tidak perlu bercerita ke dunia bahwa kita sedang luka...atau kita sibuk bercerita bahwa dialah yang salah bukan kita...mungkin itu dulu tapi kini....

mungkin ini......

0 komentar:

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP