29 September 2010

untukmu, ma...pa...


untukmu ma...
untuk mata yang mulai layu...
untuk rambut yang mulai tipis, selang seling hitam putih tapi lebih banyak yang warna putih...
untuk suara yang mulai serak lemah seperti habis menangis...
untuk tungkai yang tak sekuat dulu, yang kini lebih sering membuatmu lelah, pasrah...
aku rela tertatih-tatih berjalan di atas bumi Allah, melewati hampir separuh waktu
melewati hampir separuh dunia, menginjak duri-duri menyakitkan yang tampak dan tersembunyi
mendaki bukit-bukit terjal yang membuatku aku terpongah, melawan angin kencang yang menyesakkan dada
untukmu ma...untukmu ma....


untukmu pa...
untuk semangat yang tak pernah engkau biarkan padam...
untuk tatapan mata yang menua namun masih bersinar, berbinar bagai bintang paling terang di cakrawala..
untuk tangan yang telah renta namun tangan itu selalu bisa untuk melindungi anak wanitanya...
untuk senyum yang selalu kau sembatkan meski engkau tau bahwa hidup sedang perih, lirih...
untuk punggung yang selalu ikhlas mengangkat beban-beban agar rumah tak pernah kehabisan beras
aku rela mendayung perahu perjuangan, menjemput sejumput impian diseberang sana, melewati berliku pulau, lautan yang sebegitu luas yang ada ombak besar tersembunyi di sana juga ada angin raksasa juga ikut bersembunyi di sana
untukmu pa...untukmu pa...


untukmu ma..untukmu pa...
bahkan aku tak tahu sudah berapa puluh atau ratus air mata ini jatuh...
begitu mudahnya air mata itu jatuh ketika ku mengadu kepada Tuhanku selebar harapan bagi kalian,
hanya untuk kalian ma..pa...
bahkan aku tak tahu sesakit apa menginjak juri, selelah apa mendayung perahu, seberat apa mendaki bukit,
hanya untuk kalian ma..pa...
bahkan aku sanggup menyebrangi pulau demi pulau, berjalan separuh dunia, tak peduli seberapa lagi waktuku tertinggal, aku hanya ingin suatu hari kelak janji itu akan kutunaikan..
aku akan pulang...anakmu akan pulang...pulang membawa sejumput keberhasilan yang kalian harapkan pagi, siang dan malam..
segera ma..pa...aku akan pulang...membawa keberhasilan itu, perahu akan segera aku labuhkan, dan aku akan bercerita tentang indahnya ombak besar di lautan, tentang cantiknya angin besar di tengah lautan, tentang nikmatnya terinjak juri, tentang puasnya bisa mendaki bukit yang terjal
dan tentang bahwa keberhasilan itu telah berhasil ku bawa pulang
untuk kalian ma...pa...

lalu kalian akan berkata, kau memang anak kami, kebanggaan kami, pengganti tulang-tulang kami yang telah renta, rapuh, lemah
maka nak, sudah saatnya untukmu mengembangkan layarmu kembali tapi tidak sendiri...
dan pilihlah nahkoda yang terlatih dan amanah untuk menjalankan layar itu agar terus mengembang
lalu kataku:  nahkoda seperti papakan ma? ^^

0 komentar:

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP