30 Juni 2010

Belajar Cinta dari Khodijah r.a



dicopy dari http://tabligh.or.id

“Sebaik-baik wanita pada zamannya adalah Maryam putri Imran dan sebaik-baik wanita dari umatnya adalah Khadijah.”
(HR Bukhari-Muslim)

Jika ada perempuan yang mampu membuat Aisyah cemburu besar maka ia adalah Khadijah. Jika ada perempuan yang mampu membuat Rasulullah mengingatnya sepanjang waktu, bahkan ketika beliau dengan istri-istrinya maka Khadijah lah orangnya, dan hanya dengan  Khadijahlah Rasulullah bermonogami.

Kisah tentang wanita mulia Ummul-Mukminat Khadijah r.a. merupakan kisah yang penuh dengan kemuliaan, kisah yang penuh dengan teladan. Tinta-tinta sejarah telah mencatata keistimewaan yang dimilikinya. Ia meninggalkan teladan indah untuk para mukminah, bukan hanya dalam ber-akhlakul karimah tetapi juga bagaimana ia beribadah, berkeluarga, dan bermuamalah.

Segala keitimewaan yang dimilikinya menjadikan ia perempuan beruntung sepanjang masa. Ia mendapatkan cinta sejati dari kekasih Allah. Bahkan ia wanita pertama yang mendapatkan berita masuk syurga serta mendapatkan ucapan salam dari Allah Swt.

Keistimewaan tersebut sesungguhnya tidak serta merta datang kepada ibunda kita Khadijah, namun hal tersebut karena ia begitu mempesona. Ia dengan penuh kerelaan mengorbankan harta dan jiwanya untuk dakwah Rasulullah. Dengan kematangan, kebijaksanaan, dan integritas dirinya, Khadijah menyokong, membangkitkan tekad, dan mengobarkan semangat dakwah Rasul. Cintanya yang besar mampu memberikan yang terbaik kepada Rasulullah sehingga sang suamipun amat mencintainya.

Akhlak khadijah semestinya dijadikan gambaran bagaimana semestinya seorang istri bersikap kepada suminya, sehingga sang istri menjadi perempuan yang mampu memberikan kebahagian kepada keluarganya dan akhirnya terbentuklah keluarga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Berikut di bawah ini beberapa sifat khadijah yang dapat dijadikan uswah bagi para istri dalam usahanya untuk menjadi perempuan istimewa bagi suaminya.

Menerima suami apa adanya. Inilah teladan yang pertama yang diajarkannya. Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, Khadijah merupakan wanita kaya raya di seantero mekkah. Dengan harta dan kecantikan yang dimilikinya banyak laki-laki yang hendak meminangnya. Tetapi khadijah lebih memilih Muhamad yang tidak memiliki apa-apa. Kemiskinan muhamad tidak membuat kahadijah malu. Ia bergitu mencintai dan siap menerima Muhammad apa adanya. Bagi Khadijah harta bukanlah segalanya, namun kebaikan, dan kesalihan Rasulullah-lah yang menjadi pilihan utamanya.

Selalu ada ketika suami membutuhkan. Selama bersama Rasulullah, Khadijah selalu bersama dengan beliau dalam suka maupun duka. Bahkan ketika terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh orang Quraisy, ia menjadi teman yang sangat setia. Tidak pernah sedikit pun ia mengeluh atas semua yang terjadi pada keluarganya.

Penuh kasih sayang dan perhatian terhadap suami. Inilah yang sesunguhnya dibutuhkan oleh para suami, termasuk Rasulullah. Khadijah perempuan yang memiliki cinta suci ini mampu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada Rasulullah sehingga beliau tidak pernah menyakiti istri yang sangat dicintainya itu.

Rasulullah bahkan bersabda, “Sesungguhnya aku telah diberi karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku.” (HR Muslim)

Rela berkorban demi membela suami. Khadijah mengajarkan kita untuk belajar memberikan yang terbaik kepada suami, berusaha memberikan semua yang dimiliki jika suami membutuhkan. Dengan kedermawanannya, Khadijah sanggup memberikan hartanya demi kepentingan dakwah Rasulullah.

Rasulullah saw. berkata, “(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang mengahalangiku.”

Berkata bijak dan menenangkan. Keistimewaan Khadijah yang lain adalah memiliki sikap lembut dalam bertutur kata dan bersikap sehingga yang dikeluarkan dari lisannya hanyalah perkataan lembut dan menenangkan hati Rasulullah. Perhatikanlah tutur kata Khadijah ketika terjadi peristiwa turun wahyu pertama yang membuat Rasulullah lari ketakutan. kahdijah berkata, “Jangan khawatir, berbahagialah, sesungguhnya Allah tidak mungkin akan menghinakanmu dengan kejadian itu. Selama ini, engkau selalu menyambung silaturahmi, jujur dalam berbicara, meringankan beban orang lain yang kesusahan, membantu orang lemah, menghormati tamu, dan mendukung setiap hal yang mengandung kebenaran.”

mendidik anak-anak dengan baik. Salah satu keistimewaan Khadijah dibanding istri Rasulullah yang lain adalah dari Khadijahlah Rasulullah mendapatkan keturunan.

Nabi saw. berkata: “Allah mengaruniaiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari istri-istriku yang lain.”

Bukah hanya itu saja. Walau usianya sudah tua, ia mampu mendidik putri-putri mereka dengan penuh cinta dan kemulian hingga putri-putri Rasulullah memiliki akhlak yang baik dan keimanan yang kuat.

Bergaul baik dengan suami. Tidak pernah diceritakan kisah yang jelek mengenai pernikahan Khadijah dan Rasulullah. Hal ini menujukan pergaulan yang baik di antara keduanya. Keduanya paham mengenai hak dan kewajiban masing-masing sehingga tenanglah kehidupan rumah tangga beliau.

Tawakal dan sabar. Inilah yang dilakukan Khadijah sebagai seorang istri yang suaminya pada saat itu manjadi bulan-bulanan penghinaan masyarakat Quraisy. Tawakal dan bersabar mengahadapi semuanya telah memberikan energi positif bukan hanya bagi Khadijah, tetapi juga terhadap Rasulullah sehingga ia kuat menghadapi semuanya.

Khadijah adalah perempuan agung. Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, ia mampu membuat Rasulullah begitu mencintainya. Bahkan ketika Khadijah telah tiada pun Rasulullah masih sering mengingatnya. Pernah suatu waktu Rasulullah berkata kepada Aisyah, “Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada dia.”

Beruntung sekali menjadi Khadijah. Ia mendapatkan dua cinta agung, cinta Allah Swt. dan cinta kekasih Allah. Sebagian sifat-sifat khadijah di atas, hanyalah bagian kecil dari kecemerlangan yang dimilinya sebagai wanita. Jika kita menginginkan hal tersebut sudah sepatutnya kita meneladani Ummul-Mukminat Khadijah. Semoga kelak kita menjadi tetangga beliau di syurga.

Read more...

18 Juni 2010

Rasa yang berbeda

teringatku pertemuan kita untuk pertama kalinya setelah sekian lama, pertemuan di suatu tempat ketika aku harus balik ke bumi tempat aku dilahirkan, pertemuan yang aku yakin telah ditakdirkan Allah, kita saling terdiam, dan ku tau engkau adalah lelaki yang sangat pemalu. tanpa terduga, siapa yang menyangka ternyata mamaku dan ibumu saling menyapa dan saling mengenal. tapi kita masih saling terdiam, saling malu dan tidak tau harus berkata apa.

namun, hatiku diam-diam merasa takjub dengan perubahanmu, wajahmu yang begitu teduh dan bercahaya, pandangan mata yang terjaga, sikap yang tawadhu dan dengan penampilan yang sederhana dan bersahaja, Allahumma Rabbi...hatiku bergetar...dan ditengah malam dalam tahajudku aku mengaku dan mengadu pada Rabbku tentang isi hatiku padamu. Ya rabbi..aku jatuh hati pada lelaki sederhana ini...

dan ketika ku harus kembali bekerja diluar sumatera, justru komunikasi diantara kita terbuka, ku mulai melihat kepingan-kepingan takdir yang masih berserakan, ingin sekali kutemukan kepingan yang lain, ku ingin melihat adakah kepingan itu kelak bila telah tersusun ada kau dan aku bersatu di dalamnya?

maka waktu berlalu dan kepingan-kepingan itu begitu sulit untuk ditemukan dan ketika dalam pencarian keping-keping itu aku mendapat banyak ujian dari Allah, entah kenapa dalam setahun kemaren, lelaki yang ingin meminangku adalah lelaki yg telah mapan, lebih dari berkecukupan, namun tetap ada rasa yang tidak bisa kutemukan pada rasaku padamu, dan ku teringat ketika kau berkata bahwa kau tidak bisa menjanjikan ku harta yang berlimpah namun kau janjikan aku sebuah ayat di dalam Al Qur'an yaitu surat ath-Thalaq (65) : 3 ".......Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...."

kau yang pendiam dan pemalu hanya mengucapkan kalimat itu padaku saat itu dan hatikupun bergetar ..Rabbi...ini lebih dari cukup..ini lebih dari cukup....sesungguhnya janjiMu adalah Al Haq.

maka juga ketika seorang lelaki baru masuk dikantorku menjadi bahan pembicaraan temen-temanku dikantor karena ketampanan wajah dan postur tubuhnya yang ideal serta kecerdasan otaknya, tapi siapa yang menyangka kalau lelaki ini kemudian mendambakan perhatian lebih dariku, aku sempat terhenyak, merasa tersanjung, takjub dengan fisiknya yang begitu indah, namun tetap aku tak bisa menemukan rasa seperti rasaku padamu. sebuah rasa yang begitu mengagumi kesederhanaanmu namun wajahmu itu begitu teduh, sejuk, dan menenangkan hati..buah dari ketaatan dan ketakwaanmu kepada Allah.subhanallaah.....

maka hari ini, ketika tadi malam selesai tahajud ku memimpikan dirimu datang dengan menggunakan baju gamis berwarna putih dengan wajah yang teduh, aku rasanya tak sabar lagi ingin datang ke sumatera sana untuk menyusun keping-keping takdir antara kita. namun ku pun sadar Allah lah penentu segala keputusan.

dan hanya kepada Allah saja keserahkan semua urusan ini sambil berharap Allah mengabulkan harapanku dan harapanmu hingga kepingan-kepingan tadi tersusun dengan sempurna dan itu adalah kepingan-kepingan takdir kita berdua. Allahumma Amiin Ya Rabbal 'alamiin...

Yogyakarta, 7 Rajab 1431 Hijriyah
" Aku, wanita yang berharap kelak menjadi tulang rusukmu "

Read more...

10 Juni 2010

Keberuntungan Lelaki

"Tiga hal keberuntungan Lelaki yaitu: istri yang shalihah; kalau engkau lihat, menyenangkanmu; dan kalau engkau pergi, engkau merasa percaya bahwa ia dapat menjaga dirinya dan hartamu; kuda penurut lagi cepat larinya (kendaraan yang baik), yang dapat membawamu menyusul teman-temanmu; dan rumah besar (lapang) yang banyak didatangi tamu.(H.R. Ahmad. Hadits yang semakna dengan ini riwayat oleh Thabarani, Bazzar dan Hakim)

Ya, beristrikan wanita sholihah adalah salah satu keberuntungan lelaki. yaitu wanita yang taat beragama sebagaimana keinginan dari lelaki mukmin yang disebutkan oleh Allah di dalam Al Qur'an:

  "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."(Al Furqan:74)

siapapun seorang lelaki bila menjadi suami akan menjadi senang hatinya bila melihat istrinya taat kepada Allah, rajin beribadah dan banyak mengingat Allah terutama bila telah mempunyai anak si istri tadi bisa mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang soleh dan bertakwa hingga merasa tentram hati sang suami mendapatkan istri dan anak-anak yang soleh dan senantiasa bertakwa kepada Allah.

wanita solihah adalah penyejuk hati sang suami sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya , bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

 Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah: “Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu.” (‘Aunul Ma‘bud, 5/57)

Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)  

maka hendaknya para lelaki bersungguh-sungguh bertakwa kepada Allah dalam mengharapkan pendamping yang soleh, karena sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nur :26 Allah telah menjanjikan wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)"(An Nur:26)

dan para lelaki yang hendak menikah sebaiknya dia melihat apakah wanita yang akan dinikahinya mempunyai ketaatan kepada Allah karena bila dia menikah dengan wanita yang membangkang dan cinta terhadap dunia maka itu akan menjadi bumerang baginya. Islam tidak melarang seorang lelaki menikah wanita cantik atau wanita yang kaya namun hendaknya dia tetap memperhatikan agama si wanita karena dari rahim wanita inilah kelak anak-anaknya akan dilahirkan dan wanita inilah yang akan mendidik anaknya menjadi anak yang bertakwa atau tidak kepada Allah. dan tentunya untuk mendapatkan wanita solehah lelaki juga harus mensolehkan dirinya sendiri.Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466) 
oleh karena itu bertakwalah dengan sepenuh hati kepada Allah wahai para lelaki karena dengan itu Allah akan membalas amal solihmu dengan diberikan istri yang solihah yang akan menyejukkan matamu, menentramkan hatimu, pandai menjaga kehormatanmu, tulus mencintaimu karena ALLAH dan kelak menjadi bidadarimu dunia dan akhirat insyaAllah. karena semua ini tidaklah dijanjikan Allah kecuali bagi hamba-hambaNya yang bertakwa dan banyak brdzikir mengingatNya.

Read more...

09 Juni 2010

Orang Bertakwa Tidak Pernah Merasa Miskin

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

Adapun mengenai firman Allah Ta’ala,
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). 

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.

Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman:

{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”

Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rizki.” Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rizki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rizki. Bahkan setiap makhluk akan diberi rizki sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6). 

Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rizki. Orang kafir tetap diberi rizki padahal rizki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah.

Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rizki pada mereka dari jalan yang tidak terduga. Rizkinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rizki mereka dari yang khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya.

Namun beda halnya dengan keadaan manusia yang Allah ceritakan,

{ فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ } { وَأَمَّا إذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ } { كُلًّا }
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian).” (QS. Al Fajr: 15-16)

Senyatanya tidak demikian. Belum tentu orang yang diluaskan rizkinya, ia berarti dimuliakan. Sebaliknya orang yang disempitkan rizkinya, belum tentu ia dihinakan. Bahkan boleh jadi seseorang dilapangkan rizki baginya hanya sebagai istidroj (agar ia semakin terlena dengan maksiatnya). Begitu pula boleh jadi seseorang disempitkan rizkinya untuk melindungi dirinya dari bahaya. Sedangkan jika ada orang yang sholih yang disempitkan rizkinya, boleh jadi itu karena sebab dosa-dosa yang ia perbuat sebagaimana sebagian salaf mengatakan,

إنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
Seorang hamba boleh jadi terhalang rizki untuknya karena dosa yang ia perbuat.

Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.”[1]

Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa kebaikan itu akan menghapus kejelekan, istighfar adalah sebab datangnya rizki dan berbagai kenikmatan, sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan berbagai kesulitan. (Kita dapat menyaksikan hal tersebut dalam ayat-ayat berikut ini).

Allah Ta’ala berfirman,

الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1) أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ (2) وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya” (QS. Huud: 1-3)

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

{ وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا } { لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ }
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya.” (QS. Al Jin: 16-17)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)

وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al Maidah: 66)

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30)

وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ
Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9)

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa’: 79)

{ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ } { فَلَوْلَا إذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ }
Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 42-43)

Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam kitabnya bahwa Dia akan menguji hamba-Nya dengan kebaikan atau dengan kejelekan. Kebaikan yang dimaksud adalah nikmat dan kejelekan adalah musibah. Ujian ini dimaksudkan agar hamba tersebut teruji sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur

Dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدِ إلَّا لِلْمُؤْمِنِ إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Allah tidaklah menetapkan bagi seorang mukmin suatu ketentuan melainkan itu baikk baginya. Hal ini tidaklah mungkin kita jumpai kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa suatu bahaya, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.

Demikian penjelasan dari Abul ‘Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Al Fatawa (16/52-54). Semoga bermanfaat dan dapat sebagai penyejuk hati yang sedang gundah.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Panggang-GK, 26 Jumadil Awwal 1431 H (10/05/2010)

Read more...

03 Juni 2010

Merangkai masa

masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang semuanya terangkai dalam satu masa perjalanan dalam hidup kita. detik demi detik berlalu, masa-masa yang kita lewati maka menjadi masa lalu yang tak bisa kita ulangi kembali bahkan tak bisa kita review kembali. seperti gulungan kertas yang terbakar, pernah ada namun hanya bisa kita kenang dan hingga kapanpun dengan cara apapun kita tidak akan pernah bisa mengubahnya. herannya sesulit dan sepahit apapun yang pernah kita alami di masa lampau tetap saja kita merindukan setiap kejadian di masa itu dan kita bahkan bisa tersenyum ketika sedang mengenang masa itu meski ketika dalam mengenang itu kita berangan-angan ingin memperbaiki keadaan yang membuat penyesalan di masa kini.

dan masa kini yang detik ini sedang kita jalani saat ini, bahkan beberapa detik kemudian telah berubah menjadi masa lalu yang tidak bisa kita ulang lagi. maka di masa ini lah kesempatan kita untuk merangkai sebuah cerita yang kelak ketika cerita itu berada di masa lalu, tak ada yang kita sesali bahkan bisa menjadi sebuah sebab cerita indah di akhir masa.

ketika dalam merangkai masa kita lakukan dengan ketaatan kepada Allah, berserah diri sepenuhnya kepada Allah, sabar dan ikhlas terhadap semua ketetapanNya, sungguh, melewati hari-hari terasa begitu sebentar, begitu tenang dan begitu merindu, kapankah hari perjumpaan denganNya tiba?

Ya Rabb Engkau maha mengetahui untuk siapa air mata ini menetes di atas sajadah ketika sedang bersujud mengharap ampunanMu. Engkau maha mengetahui betapa hati ini merinduMu berharap kelak dapat melihat wajahMu yang maha mulia. hanya Engkau yang maha mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam hatiku.

maka hari ini ketika hati menjadi ikhlas, sangat ikhlas dalam beribadah kepada Allah, waktu-waktu yang berlalu begitu indah dan semakin menambah rasa rindu di hati, rasa rindu yang tiada terkira kepada Rabb  yang maha agung, rangkaian masa terasa begitu indah meski terdapat kerikil-kerikil rintangan di dalam rangkaian masa itu karena hati yang sangat dekat kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu  benar-benar dalam kerugian.  Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [Al 'Ashr:1-3]


Read more...

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP